Rabu, 30 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 23 Jodoh di tangan Allah

“Akhirnya selesai juga pola untuk sketsa ini dan sudah bisa di serah kan ke ibu bos.” Kata Fatimah sambil membereskan pola yang telah di selesaikan nya.

Fatimah pun bergegas ke ruangan ibu bos,setelah sampai Fatimah langsung megetok pintu.

Tok... tok... tok...

“Masuk.” Terdengar suara dari dalam.”

Fatimah pun masuk ke dalam dan langsung menyerah kan hasil kerja nya.

“Ini Ibu bos pola yang Anda minta di selesaikan kemarin, jika ada yang kurang akan saya perbaiki lagi.”

Ibu bos pun memperhatikan hasil kerja Fatimah dan dia pun merasa puas.

“Seperti biasa Fatimah, saya selalu puas dengan hasil kerja mu.” Ucap nya sambil tersenyum. 

“Kalau begitu saya permisi bu bos.” Pamit Fatimah kepada ibu bos sambil tersenyum dan melangkah keluar. 

**Author kok manggil nya ibu bos, kenapa tidak ibu menejer aja atau ibu aja gitu?

**Kenapa seperti itu, ya karna itu permintaan ibu bos itu sendiri. Dia tidak ingin terlalu formal karna dia orang yang santai dalam masalah panggilan tapi tetap seriaus di waktu bekerja. Sya rasa itu cukup menjelaskan ya. *

Fatimah hanya bekerja partime ya. Senin sampai jum'at dia kuliah dan sabtu sampai minggu dia bekerja di butik salah satu desainer kenamaan ibu kota. Tapi berhubung hari ini ada orderan yang harus di selesaikan dengan cepat, jadi la seperti ini Fatimah harus pintar mengatur waktu antara kerja, kuliah dan keluarga nya.

🌹🌹🌹

Kembali ke rutinitas kuliah nya, Fatimah kembali di sibuk kan dengan kuliah nya yang sudah memasuki semester akhir dan di tambah denga kesibukan untuk menyusun skripsi nya.

“Assalamu'alaikum Fatimah.”

Kata seseorang yang berada di belakang  nya. Fatimah pun menoleh ke arah sumber suara.

“Wa'alaikumusalam kak Furqon.”

Furqon adalah mahasiswa S2 di universitas tempat Fatimah kulia. Dia diam-diam mengagumi sosok Fatimah, dan sayang nya Fatimah tidak perna menanggapi kelakuan Furqon pada nya. Yang sudah terang-terangan memperlihatkan kekaguman nya terhadap Fatimah.

“Kamu sudah selesai kuliah?” Tanya Furqon kepada Fatimah.

“Sudah, ada apa ya kak?”

“Boleh kita bicara sebentar?”

“Boleh, silahkan bicara kak!”

“Tidak di sini, maksud ku hanya berdua.”

“Tapi kak... ” Belum sempat Fatimah menyelesaikan ucapan nya tapi Lisna sudah menyela, ya saat ini Fatimah sedang bersama Lisna. Teman nya yang cerewet dan kepo tingkat dewa.

“Udah, gak apa-apa kok nanti ku tunggu di kantin kalian bicara aja dulu.” Lisna pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua di depan ruang kelas.

“Mau bicara apa kak?” Tanya Fatimah kepada Furqon setelah mereka duduk di bangku yang ada di taman kampus.

“Aku langsung aja ya Fatimah, sebenarnya aku sudah lama mengagumimu. Mau kah kamu jadi istri ku?”

Fatimah kaget tapi tak kelak membuat nya senang.
Dan Fatimah hanya tersenyum menanggapi ucapan Furqon.

“Kenapa kamu hanya tersenyum Fatimah?” Kata Furqon yang menginginkan jawaban.

“Aku tersenyum karna ku merasa kakak terlalu terburu-buru mengungkapkan perasaan. Sedangkan kakak belum tahu pasti seperti apa aku, bagaimana kehidupan ku dan bagaimana keadaan ku yang sebenarnya.”

“Tapi aku tidak peduli dengan yang lain nya. Aku hanya peduli dengan mu.”

“Oleh karna itu aku menggangap kakak terlalu terburu-buru. Apa kakak bisa menerima seandainya aku sudah pernah menikah dan aku adalah seorang janda beranak satu. Apa kakak tidak malu mempunyai seorang istri yang status nya adalah janda beranak satu.”

“Tapi kamu kan bukan seorang janda, kenapa aku harus malu.”

“Itu lah yang kakak tidak tau, aku adalah seorang janda beranak satu. Apa kakak bisa menerima nya, ok mungkin kakak bisa terima, tapi bagaimana dengan orang tua kakak. Belum tentu mereka bisa menerima nya.”

“Tapi aku tidak peduli mereka mau terima atau tidak, asal kamu mau aku bisa urus semua nya.”

“Kak pernikahan itu bukan untuk main-main, pernikahan itu penyatuan antara dua orang yang berbeda dan penyatuan antara dua keluarga yang berbeda pula. Boleh saja kakak tidak peduli dengan orang lain tapi kakak tidak boleh melawan kehendak orang tua kakak.”

“Tapi... ” Belum sempat Furqon menyelesaikan ucapan nya sudah terlebih dahulu di potong oleh Fatimah.

“Bagaimana aku bisa menikah sama kakak, sedang kan dengan orang tua saja kakak tidak peduli apa lagi dengan anak ku nanti. Maaf kak tapi aku tidak bisa menerima pinangan kakak. Aku bukan lah orang yang baik untuk kakak. Ku harap kakak bisa menemukan seseorang yang bisa membahagiakan kakak dan orang tua kakak.”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Fatimah berdiri dari duduk nya dan langsung pergi meninggal kan Furqon sendiri di taman.

“Mungkin ku bukan yang terbaik untuk mu Fatimah dan kau juga bukan yang terbaik untuk ku. Tapi ku berharap kau bisa mendapatkan laki-laki terbaik yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan mu.” Kata Furqon sambil terus memandang punggung Fatimah yang terus menjauh.

🌹🌹🌹

Fatimah pergi ke kantin menyusul Lisna yang sudah terlebih dahulu berada di sana.

“Gimana, sudah bicara nya?” Kata Lisna yang melihat Fatimah sudah duduk di depan nya.

“Sudah.” Jawab Fatimah singkat.

“Bicarain apa sih, kayak nya serius amat?” Tanya Lisna, karna jiwa keponya sudah meronta-ronta, yang sudah minta di beri makan dengan informasi segar dari Fatimah.

“Kak Furqon minta aku jadi istri nya.” Jawab Fatimah santai.

“Apa!!!” Kata Lisna kaget.

“Astaghfirullah Lisna kuping ku budek lama-lama kalo dekat kamu terus.”

“Ya habis nya aku kan kaget, tapi memang bener ya dia ngajak kamu nikah?”

“Ya tapi tidak usah jerit-jerit juga kali.”

“Ya maaf kan tidak sengaja, tapi beneran yang kamu bilang tadi?” Tanya Lisna lagi.

“Iya bener, tapi aku menolak nya karna aku bukan orang yang tepat untuk nya.”

“Tapi, dia itu orang yang baik loh.”

“Aku tau, tapi dia bukan orang yang di kirim kan Allah untuk ku. Aku yakin atas hal itu, kalau pun kami berjodoh yakin lah Allah pasti akan mempersatukan kami dengan cara apa pun, tapi kalau kami tidak berjodoh maka Allah juga akan menjauh kan kami dengan cara yang di kehendaki-Nya.”

الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

Artinya:

“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan hal ini juga dikuatkan dengan salah satu ayat dalam Alquran, yakni surat An Nur ayat 26.

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.

Artinya:

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. (QS. An Nur:26)

*Do'a untuk di permudahkan dapat jodoh*

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ 
robbi laa tazarnii fardaw wa angta khoirul-waarisiin

"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 89)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
wallaziina yaquuluuna robbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa zurriyyaatinaa qurrota a'yuniw waj'alnaa lil-muttaqiina imaamaa

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)

🌹🌹🌹

Terimakasih 🙏💕

Sabtu, 26 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 22 Rasa Syukur

Hari-hari yang ku lalui sekarang lebih terasa sibuk. Mulai dari rutinitas yang bertambah dan di tambah lagi kesibukan yang harus berbagi waktu untuk anak ku. Walau hanya 1 kali dalam seminggu, aku harus tetap meluangkan waktu ku untuk nya.

Seperti di weekend ini, aku sedang bersama malaikat kecil ku Alif zidan ali. Yang selalu ceria di setiap hari nya, aku bersyukur kepada Allah walau anak ku terlahir di dalam keluarga yang bercerai, tapi dia tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tua nya bahkan ibu sambung nya pun sangat menyayangi nya.

Aku sangat bersyukur kepada-Mu, seperti yang tertulis dalam firman-Mu.

*Surah Al- Baqarah Ayat 157

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

*Surat Luqman Ayat 12

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

 🌹🌹🌹

“Ammi sini main bareng Alif!!” Seru anak ku. 

“Iya sayang, kita main bareng ya. Alif mau main apa?” Tanya ku setelah aku mendekati anak ku. 

“Alif mau main itu!” Kata Alif sambil menunjuk salah satu wahana permainan.

“Alif mau main pukul tikus?” Tanya ku mencoba menyakinkan.

“Iya ammi, Alif mau coba main itu.”

“Ayo ammi temenin main nya.”

“Hore Alif mau pukul banyak-banyak tikus nya, biar gak bisa curi-curi keju lagi.”

“Kok keju sayang?”

“Iya keju ammi, kayak yang ada di film kartun Tomtom n jerjer!!” Ucap anak ku penuh sangat. 

“Iya deh, ammi paham sekarang. Ayo sekarang kamu pukul tikus nya.” Perintah ku pada Alif. 

Ya sekarang, aku dan Alif sedang berada di timezome. Alhamdulillah Alif senang walau hanya ku ajak ke sini setiap kali menghabiskan waktu bersama ku. Dia tidak pernah menuntut dia bilang asal bisa bersama ku, dia sudah sangat senang. 

Tidak terasa hari sudah hampir sore. Dan tidak terasa juga besok pagi Alif sudah tidak bersama ku. Karna kesibukan ku, aku tidak bisa mengurus nya setiap hari seperti dulu lagi. Tapi aku tetap bersyukur anak ku bisa menerima keadaan kami yang sekarang.

“Alif sekarang kita pulang ya nak, hari sudah mau sore. InsyaAllah kalo ada waktu kita bisa main lagi.”

“Ok ammi, hari ini Alif bahagia banget bisa bersama ammi.” Entah kenapa setiap kali mendengar ucapan itu yang kluar dari mulut kecil nya, hati ini terasa terharu dan bahagia. Tak banyak yang ku pinta, aku hanya ingin melihat anak ku bahagia dan terus berada di jalan Allah. 

“Iya sayang, ammi juga bahagia sekali bisa menghabiskan weekend ini bersama dengan Alif.” Ucap ku sambil mengecup pipi nya yang gembul. 

🌹🌹🌹

Hari senin pagi, hari ini aku kembali berada di rumah ini. Ya rumah mantan suami ku dan istri baru nya.

Aku bersyukur karna kami semua bisa akur, walau kami sudah menjalani hidup masing-masing. Hidup yang ku kira akan hancur oleh keegoisan tapi ternyata Allah memiliki rencana yang sempurna untuk hamba nya.

Sekarang kami hidup dengan saling menerima, saling melengkapi dan saling menghormati tentu nya.

“Assalamu'alaikum Humaira.”

“Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarakatuh kak, silahkan masuk kak, apa kakak sudah sarapan?”

Sebelum datang ke sini, aku sudah terlebih dahulu menghubungi Humaira. Dan teryata dia sudah menunggu kedatangan kami di teras rumah nya bersama mas Fahril dan bidadari kecil mereka. Tapi yang sering membuat ku binggung adalah panggilan nya terhadap ku.

Kadang dia memanggil ku mbak kadang juga kakak, tapi aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Pikir ku selama dia nyaman, ya apa salahnya.

“Sebelum datang ke sini kakak sudah sarapan bersama Alif di rumah tadi.” Jawab ku dengan senyum ramah ku. 

“Maaf jika kakak merepot kan lagi. Kakak titp Alif ya, sayangilah dia seperti kau menyayangi bidadari kecil ini.

Kata ku sambil mengelus lembut pipi bayi kecil yang ada dalam gendongan Humaira.

“Iya kak, InsyaAllah aku akan menjaga dan menyayangi Alif seperti hal nya kepada Wardah (Wardah yang berarti Mawar).” Ucap nya sambil tersenyum tulus ke pada ku. 

“Kakak langsung pulang ya, soal nya kakak ada kuliah pagi hari ini.” Pamit ku pada Humaira. 

“Iya kak, bareng mas Fahril aja kak. Kan mas Fahril juga sekalian mau berangkat ke kantor.”

“Iya bareng mas aja, sekalian mas antar.”

“Tidak usah Humaira, mas Fahril. Kan kita bedah arah, biar aku naik taksi saja.” Ucap ku berusaha menolak tawaran dari mas Fahri dan Humaira. 

“Tidak apa kak, mas Fahril nya juga tidak keberatan.”

“Ya memang mas Fahril tidak keberatan, tapi aku harus menjaga hati dan perasaan mu Humaira. Kata ku di dalam hati.”

“Ya kan mas, mas tidak keberatan jika harus mengantarkan kak Fatimah dulu baru berangkat kerja?” Humaira mulai bertanya lagi pada mas Fahril dan aku berusaha memberikan kode agar mas Fahril bisa mengerti. 

Mas Fahril ingin mengiyakan ucapan Humaira, tapi setelah melihat ku menggeleng kan kepala sebagai isyarat kepada nya dan dia mengerti akan keadaan ku yang sekarang.

“Tapi mas baru ingat kalau ada rapat, kayak nya tidak bisa karna rapat nya akan di langsung kan pagi ini.”

“Aku tidak berbohong kepada mu Humaira, memang pagi ini aku ada rapat walau, rapat itu akan di langsung kan pukul sembilan pagi ini. Aku ingin mengantarkan Fatimah, tapi sepertinya dia sangat menjaga dan menghargai perasaan mu. Sehingga dia menolak secara halus.” Batin Fahril.

“Oh gitu ya mas, maaf ya kak karna mas Fahril gak bisa ngantar. ” Kulihat ada raut penyesalan yang nampak di wajah Humairah. 

“Tidak apa-apa Humaira, kakak ngerti kok. Ya sudah kakak pulang dulu ya.”

“Ya kak, hati-hati dijalan kak.”

Aku mengiyakan ucapan Humaira dan berjongkok untuk menyakan tinggi ku dengan Alif.

“Alif jangan nakal ya nak, Alif harus nurut sama umi dan Alif juga harus sayang sama adik Wardah. Nanti InsyaAllah kalau ammi ada waktu lagi kita bisa main bareng lagi.”

“Iya ammi, Alif akan ingat pesan ammi. Ammi hati-hati ya Alif sayang ammi.” Kata Alif sambil memeluk ku.

“Iya, ammi pulang dulu ya sayang.” Kata ku sambil mengecup ke dua pipi dan kening anak ku, yang di balas nya dengan kecupan di kedua pipi dan kening ku juga.

🌹🌹🌹

Sekarang aku kuliah sekaligus kerja di salah satu butik yang ada di pusat kota. Memang biaya kuliah ku di bantu oleh kedua orang tua angkat ku, tapi aku tidak bisa terus bergantung pada mereka.

“Kak, kakak di suruh ibu bos membuat pola untuk desain ini.” Kata salah satu rekan kerja ku.

“Oh ok, kapan pola nya di butuhkan oleh ibu bos? ” Tanya ku pada rekan kerja ku.

“Kata nya besok pagi kak dan kalau sudah selesai langsung kakak antar kan saja ke ibu bos. Kalau ada yang membingungkan, kakak bisa tanya langsung pada ibu bos.”

“Ok terima kasih, InsyaAllah kakak udah ngerti.”Jawab ku sambil tersenyum kepada rekan kerja ku.

Sekali lagi, tak henti-henti nya aku berucap syukur kepada Allah karna sudah memberikan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian ku.

Allah begitu baik pada ku, tidak ada alasan bagi ku untuk mendusta kan nikmat dari-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَبِاَ يِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
fa bi-ayyi aalaaa-i robbikumaa tukazzibaan

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 23).

🌹🌹🌹

Jodohku Milik Orang Bab.21 Pengenalan Tokoh

*Fatimah adalah seorang janda cantik dan wanita shalehah yang mempunyai prinsip tak ingin di madu dalam rumah tangga. Dia tidak menentang poligami, tapi dia tak ingin di poligami. 

*Rafardhan Atahalla lelaki yang mengagumi Fatima, seorang pengusaha sukses dan taat dalam agama nya. Juga seorang duda yang di tinggal istri nya tuk slamanya sesaat setelah ijab qobul dilakukan. 

*Fatimah dan Fatma dua sahabat yang seiya dan sekata, mereka sudah bersahabat sejak berada di pondok pesantren. 

*Fatma adalah istri yang shalehah sekaligus sahabat Fatimah yang selalu ceria dan selalu mengerti keadaan orang terdekat nya. Dia akan cuek kepada orang yang baru ia kenal, tapi kalau sudah kenal dan paham dia akan menjelma menjadi orang yang sangat penyayang dan teman yang baik. 

*Abizar adalah lelaki yang insya Allah sukses dunia wal akhirat, selalu menghormati wanita terutama ibu dan istrinya. Selalu berusaha menjadi lelaki yang selalu ada untuk wanita nya. 

*Fahril adalah lelaki yang shaleh dan pengertian. Sangat menyayangi keluarga, mencintai Fatimah tapi berusaha mengikhlaskan karna sudah ada wanita lain yang harus dia jaga perasaannya. 

*Alif Zidan Ali, pria kecil yang mengemaskan, penurut, pintar dan sangat menyayangi kedua orang tua nya dan ibu sambung nya. 

***


Kini Fatimah mulai menjalani rutinitasnya yang baru. Kembali menjadi mahasiswi dan mulai berkutat dengan kesibukan seorang mahasiswi.

Saat Fatima berada di depan kampus tiba-tiba ada yang memanggilnya.

“Fatimah!! Kamu Fatimah kan?!”

“Iya saya Fatimah, maaf kamu siapa ya?”

“Masak lupa sama aku, ini aku Lisna?! ”

“Lisna mana ya, aku lupa?”

Memang benar Fatimah tidak mengingat ataupun mengenali Lisna karna penampila Lisna yang dia kenal tidak seperti Lisna yang ada di hadapan nya sekarang. Lisna yang ada di hadapan nya sekarang berpakaian yang terlalu seksi tidak seperti Lisna yang Fatimah kenal dulu.

“Ya ampun Fatimah, aku Lisna yang sering kamu panggil bibi Kunti waktu masih di pesantren dulu!!” Jelas Lisna yang sedikit kesal pada Fatimah yang tidak mengenali nya lagi padahal dulu mereka cukup akrab. 

Sesaat Fatimah terperangah sebelum dia kembali menguasai dirinya dari keterkejutan nya. 

“Astagfirullah!!  kamu Lisna si bibi Kunti, tapi kemana jilbab mu kenapa penampilan mu sekarang seperti ini, tidak malu ya aurat di umbar kayak gini.” Fatimah kaget sekaligus merasa tak percaya dengan apa yang di lihat nya sekarang

“Iya aku Lisna yang itu, udah ah nanyanya nanti aku ceritain, sekarang kamu mau kemana?”

Fatimah hanya menarik nafas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan menanggapi teman nya yang satu ini, memang dari dulu teman nya yang satu ini sering melakukan hal yang menurut nya benar tanpa memikirkan apa akibat yang akan di terima nya. Oleh karna itu juga Fatimah memanggil nya bibi kunti karna sering duduk di atas pohon sewaktu dulu.

“Aku mau ngampus di sini, mau melanjutkan kuliah ku yang sempat tertunda dulu.”

“Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak langsung saja di teruskan waktu dulu? ” Jiwa kepo Lisna meronta, karna rasa ingin tau dan rasa penasaran nya yang besar.

Fatimah tersenyum, ternyata teman nya ini masih tidak berubah jiwa kepo nya masih terus merajalela.

“Waktu itu aku harus mengurus suami dan anak ku... ” Belum selesai Fatimah menjelaskan, tapi sudah di potong oleh Lisna.

“Memangnya suami dan anak mu kemana sekarang sehingga kau bisa melanjutkan kuliah mu lagi?!” Tanya Lisna yang masih terus merasa penasaran sehingga membuat nya tak sabar ingin segera mengetahui sebab Fatimah memilih tuk kuliah lagi.

“Mangkanya dengarkan dulu baru bertanya, ini orang belum selesai menjelaskan sudah main potong aja.” Jawab Fatimah yang memasang wajah cemberut, dia sengaja berpura-pura merajuk  tuk menjahili teman kepo nya yang sudah di tingkat dewa ini.

“Ya jangan ngambek dong, nanti aku mati penasaran dengan cerita mu, kalau aku mati penasaran nanti kamu orang pertama yang aku hantui hehehe.” Jawab Lisna asal sambil cengegesan.

“Ya Allah jiwa kopo dan jail mu masih terus membara ya, tidak perna surut dan mengalir terus kayak sungai Nil.”

*Sedikit informasi tentang sungai Nil*
~Sungai Nil (bahasa Arab: النيل, translit. an-nīl‎ atau bahasa Mesir/Koptok iteru ), di Afrika, adalah satu dari dua sungai terpanjang di Bumi. Sungai Nil mengalir sepanjang 6.650 km atau 4.132 mil dan membelah tak kurang dari sembilan negara yaitu: Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, Rwanda, Burundi, Sudan, Sudan Selatan dan tentu saja Mesir. Karena sungai Nil mempunyai sama artinya dalam sejarah bangsa Mesir (terutama Mesir kuno) maka sungai Nil identik dengan Mesir.

*Sungai Nil di Mesir*

Sungai Nil mempunyai peranan sangat penting dalam peradaban, kehidupan dan sejarah bangsa Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu sumbangan dari sungai Nil adalah kemampuannya dalam menghasilkan tanah subur sebagai hasil sedimentasi di sepanjang daerah aliran sungai nya. Tanah yang subur ini memungkinkan penduduk Mesir mengembangkan pertanian dan peradaban sejak ribuan tahun yang lalu.~ Sumber Wikipedia.**

“Ya kali, aku di samain sama sungai.”

“Mangkanya dengerin dulu kalo aku udah selesai cerita baru bertanya, kalau kamu motong kayak tadi aku tidak ingin cerita lagi.”

“Siap ibu bos, ayo cepat cerita udah tidak sabar nih.”

Lalu Fatimah menceritakan semua kejadian secara garis besar nya saja, tanpa menceritakan penyebab perceraiannya dan kecelakaan yang menimpa nya.

“Oh jadi kamu nikah sama Fahril yang sok akrab pada semua orang itu ya, dan sekarang kamu udah cerai sama dia?!” Lisana manggut-manggut mendengar cerita Fatimah. “Terus sekarang anak kamu juga sama dia dan istri baru nya, memangnya kamu percaya kalau anak kamu di urus oleh istri dari mantan suami mu?”

“Iya aku percaya sama dia, karna dia telah mengurus anak ku selama aku koma dengan sangat baik, bahkan anak ku tidak terlalu sedih berkat kehadiran nya di samping anak ku.”

“What!!!  Kamu perna mengalami koma memangnya kamu perna mengalami kecelakaan” Pekik Lisna karna terkejut dengan penuturan Fatimah.

“Aduh salah ngomong deh, balik lagi kan jiwa kepo nya” Fatimah membatin sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, karna sudah kelepasan bicara.

“Kenapa diam, ayo jawab pertanyaan ku, kamu tau kan aku orang nya kayak gimana kalau belum dapat jawaban!!”

Fatimah tahu betul bagaimana sifat teman nya itu, yang akan terus mengikutinya kalau belum dapat jawaban yang memuaska dari nya.

“Iya aku perna mengalami koma pasca kecelakaan yang aku alami, karna mengalami benturan di kepala ku yang sangat keras, aku koma selama tiga bulan dan selama itu pula anak ku di urus oleh Humaira. Aku tau perlakuan nya yang baik terhadap anak ku, karna aku mengenal bagaimana kepribadian nya dari pertemuan kami yang pertama kali dan kesan yang ku dapat saat bertemu secara langsung dengan nya.”

“Jadi kau telah mengenal nya sebelum dia menikah dengan suami mu?”

“Tidak, aku mengenal nya setelah kami bercerai, saat aku menitipkan Anak ku itu adalah pertemuan kami yang ke dua.”

“Oh ku kira, kalian sudah saling kenal sebelum nya, kalo seperti itu dia menikung, tapi kalian kenal setelah perceraian mu berarti dia bukan penikung.”

“Dia memang bukan penikung, tapi jodoh mas Fahril yang tertunda.” Pikir Fatimah dalam hati.

“Oh ya kamu sudah mendaftarkan diri di kampus ini kan? ”

“Iya” Jawab Fatimah sambil mengangguk.

“Berarti kita satu kampus dong dan kita bakal sama-sama ya kan?! ”

“Iya, asal jangan bawah pengaruh buruk aja buat aku.”

🌹🌹🌹

Gimana ya kelanjutan nya? 

Fatimah kan sudah kuliah lagi, apa mungkin dia akan menemukan tambatan hati yang lain atau malah akan setia menunggu Ardhan? 

Yuk pantengin terus cerita nya di novel “Jodohku Milik Orang”

Jodohku Milik Orang Bab. 20 Flashback

“Jadi kapan Novia menemui mbak, trus kapan mas Sultan melamar mbak dan kapan mbak bicara sama Kiai Abdullah?” Rentetan pertanyaan yang diucapkan dalam satu tarikan napas.

Sebelum menjawab pertanyaan Amel, Fatimah hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah Amel yang bertanya begitu banyak, tapi hanya dua lakukan dalam satu kali tarikan napas.

“Kamu itu ya, kalau bertanya satu-satu, terus apa tidak susah bicara dalam satu kali tarikan napas begitu.”

Amel hanya cengegesan mendengar ucapan Fatimah.

“Novia menemui mbak tiga hari setelah mas Sultan mengungkapkan keinginannya ke pada mbak, terus mas Sultan melamar mbak satu minggu yang lalu tapi mbak tolak dan baru kemaren sore mbak bicara sama Kiai Abdullah.
Semua pertanyaan mu sudah mbak jawab kan” Fatimah berbicara sembari memberikan senyuman tulus nya pada Amel  “Terus kamu khawatir gitu sama mbak, takut nanti mbak jadi bulan-bulanan santriwati yang mendukung Novia gitu kan?! ”

Amel hanya manggut-manggut mendengar pertanyaan Fatimah.

Fatimah tersenyum melihat gelagat adik tingkat sekaligus murid nya itu yang terkadang terlalu berlebihan menanggapi suatu masalah.

“Kamu tidak perlu sekhawatir itu, selama kita yakin sama Allah mudah-mudahan tak akan ada kejadian yang merugikan tuk kita.”

“Iya mbak, Amel tahu tapi tetap saja Amel takut terjadi hal-hal yang tak di ingin kan, tapi kenapa mbak nolak mas Sultan terus mbak bicara apa sama Kiai Abdullah?! ” Rentetan pertanyaan yang tiada habis nya yang di pertanyakan Amel.

Fatimah menghela napas panjang karna mendengar pertanyaan Amel yang sudah diduga nya akan di tanyakan oleh Amel.

Fatimah tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Amel.

“Mbak nolak mas Sultan karna mbak sudah tau bahwa ada orang yang lebih pantas untuk nya dan mbak tidak ingin membuat orang itu merasakan apa yang pernah mbak rasakan” Fatimah menatap lurus ke depan dengan posisi duduk di sebelah Amel “Dan mbak juga bilang sama Kiai Abdullah supaya menjodohkan Novia dan mas Sultan. Karna mbak sudah berjanji pada Novia akan membicarakan ini pada Kiai.”

Fatimah mengingat pembicaraan nya dengan Novia yang cukup alot dan berakhir pada janji nya pada Novia yang akan membicarakan masalah menjodohkan nya dengan Sultan kepada Kiai Abdullah.

“Tapi mbak tidak kecewa? Mbak, memang Amel sedikit tidak setuju jika mbak sama mas Sultan lantaran Amel khawatir sama mbak, tapi apa mbak perna berpikir untuk kebahagiaan mbak sendiri jangan selalu memikirkan kebahagiaan orang lain mbak!”

“Mbak tidak kecewa, karna sebelum mbak nolak mas Sultan, mbak sudah shalat istikharah memohon petunjuk dari Allah, mbak yakin atas petunjuk dari-Nya dan bukan mbak tidak ingin bahagia, tapi kebahagiaan yang kamu maksud belum saatnya datang kepada mbak, suatu hari nanti kebahagiaan itu pasti akan muncul” Fatimah tersenyum dan menoleh kepada Amel yang berada di samping nya, meyakinkan pada Amel bahwa dia baik-baik saja.

“Iya mbak, Amel ngerti. Yang perlu mbak ingat adalah mbak masih punya Amel dan yang lain, yang menyayangi mbak di sini” Amel bicara sambil memeluk Fatimah sembari menyalurkan semagat nya melalui pelukan yang di berikan nya.

Fatimah membalas pelukan yang di berikan Amel, sembari tersenyum senang karna dia merasa masih banyak orang yang peduli akan diri nya.

*Flashback off*

***

Hari ini Fatimah kembali berpamitan kepada Kiai Abdullah beserta keluarga. Fatimah diantar Fatma dan Abizar ke bandara, tak lupa ocehan Fatma yang khawatir pada sahabat nya itu. Seolah Fatimah ini anak kecil yang ingin pergi bermain yang selalu diwanti-wanti mak nya sebelum pergi.

“Ukhti ingat ya nanti, kalau sudah sampai langsung kabari ana, jangan lupa shalat, ingat dengan larangan dari agama kita, berpegang teguh pada Qur'an dan hadits, jangan lupa makan, jangan sering keluyuran malam, dan.... ” Belum selesai Fatma bicara tapi sudah di potong oleh Abizar.

“Sayang kok nasihati nya kayak mak-mak yang bawel pada anak nya?!” Ledek Abizar pada sangat istri sambil tersenyum jahil.

“Ih mas, aku kan khwatir sama ukhti.”

“Iya ukhti, aku ngerti kok dengan kekhawatiran mu, trimakasih sudah perhatian, trimakasih sudah peduli, trimaksih sudah menjadi sahabat terbaik ku, dan terimakasih untuk segalanya.” Fatimah memeluk Fatma dan berusaha agar tidak menangis karena merasa terharu atas perhatian sahabat nya itu “ Dan aku juga janji tak akan keluyuran di malam hari kecuali saat ada urusan saja, kau tau kan ukhti seperti apa aku ini.” Fatimah merenggang kan pelukan nya dan menatap Fatma sembari tersenyum hangat kepada sahabat nya itu, berusaha menyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja.

“Iya aku yakin dan percaya pada mu ukhti, jaga diri dan langsung kabari kami kalau butuh bantuan, kami akan dengan senang hati membantu mu, iya kan sayang?!” Fatma menoleh ke pada Abizar meminta persetujuan sang suami.

Abizar tersenyum melihat sang istri yang meminta persetujuan nya.

“Iya Fatimah, kabari kami jika kau membutuhkan bantuan jangan sungkan, kami akan berusaha membantu mu semampu kami.”

“Iya mas, trimakasih kalian semua sudah peduli pada ku.”

“Ai ukhti kayak sama siapa saja, ngomong nya begitu, sudah sana masuk sebentar lagi pesawat nya take off, mau ketinggalan pesawat” Goda Fatma, yang dari tadi sangatlah khawatir dan sekarang berubah menjadi mengoda dengan ucapan nya.

“Hem iya ukhti, barusan tadi khawatir berlebihan dan sekarang malah ingin mengoda ku” Jawab Fatimah sembari tersenyum menanggapi ucapan sahabatnya itu  “Ya sudah aku brangkat dulu ya ukhti, mas Abizar aku brangkat dulu, tolong jagain sahabat ku, semoga kalian segera mendapat kabar bahagia dan aku bisa cepat dapat keponakan.”

“Tenang saja Fatimah, doa kan saja supaya Allah bisa segera percaya kepada kami dan kami juga akan terus berusaha sembari terus berdoa kepada sang pemilik kehidupan.”

Fatimah tersenyum dan mengiyakan ucapan Abizar, sedangkan Fatma tersipu malu atas ucapan sang suami.

***


Kini Fatimah sudah berada di dalam pesawat, dia memandang awan dari jendela pesawat dan memfoto nya dan menulis sesuatu di foto.

Fatimah pun hanya terdiam sambil terus menatap ke awan yang perlahan bewarna jingga karna waktu yang sudah menunjukan waktu magrib. Fatimah pun melakukan tayamum dan menunaikan shalat magrib nya dengan khusyuk.

*Kenapa sudah magrib? Karna Fatimah sengaja mengambil penerbangan sore supaya bisa bicara sedikit lebih lama dengan sahabat nya.*

***


Kini Fatimah sudah berada di indekos yang sudah di pesan nya melalui online. Indekos yang di pesan Fatimah adalah indekos khusus wanita.

Indekos yang di pilih Fatimah di lengkapi kamar mandi, dapur yang langsung menyatu dengan ruang tamu dan satu buah kamar, kecil memang tapi bisa membuat Fatimah nyaman. Fatimah bisa saja tinggal di apartemen yang pernah di janjikan oleh orang tua angkatnya, tapi Fatimah merasa tidak enak jika terus bergantung pada mereka.

***


Kalimat bahwa "jodoh tak akan kemana" rupanya memang benar. Jodoh menjadi cerminan diri dan tidak akan jauh dari siapa kita saat ini.


الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ


Artinya:


“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal ini juga dikuatkan dengan salah satu ayat dalam Alquran, yakni surat An Nur ayat 26.

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.


Artinya:

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. (QS. An Nur:26)


Hadits tentang Jodoh, Sebuah Takdir yang Telah Digariskan Allah SWT. 

Hadits Jodoh di Tangan Allah SWT

Sebagai bagian dari takdir Allah SWT, jodoh menjadi sebuah ketetapan yang telah ditulis bahkan 50.000 tahun sebelum manusia dilahirkan di bumi.


كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya:

"Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)


Jodohku Milik Orang Bab. 19 Penolakan Fatimah

Kalau cinta hanya sebatas “DUNIA” 
Kau tak akan pernah merasakan “KETULUSAN HATI” yang sebenarnya
Hanya “HATI” yang dipenuhi oleh “CINTA”
Yang dapat menjangkau “LANGIT TERTINGGI”
(Jalaludin Rumi)

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Tuhan sudah menentukan diri kita untuk siapa???
Tuhan juga sudah menentukan jalannya seperti apa???
Yang perlu kita lakukan hanya “IKHLAS”
Menerima & mengikuti tanpa mencari yang salah. 
Dan yang terpenting rapikan hati agar tidak berantakan lagi😄

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Tidak terasa sudah enam bulan Fatimah berada di pesantren dan beberapa hari lagi Fatimah akan pergi dari sana guna untuk melanjutkan studinya yang belum sempat ia selesaikan.

“Assalamu'alaikum Kiai” Fatimah.

“Wa'alaikumussalam Fatimah, mari masuk nak!” Kiai Abdullah mempersilakan Fatimah untuk masuk ke kediamannya.

“Iya Kiai.”

“Ada apa nak?”

“Saya mau pamitan Kiai, insyaallah besok saya akan brangkat, untuk melanjutkan studi saya yang belum sempat saya selesaikan di Jakarta.”

“Jadi besok kamu jadi berangkat nak?” Tanya Kiai Abdullah yang sudah mengetahui rencana Fatimah namun dia tidak tau kalau besok Fatimah akan berangkat. “Apa kamu sudah berpamitan dengan Fatma dan yang lain nya?”

“Kalau dengan yang lain nya saya sudah berpamitan, tapi dengan Fatma dan mas Sultan belum Kiai, rencana nya hari ini saya akan berpamitan.” Fatimah menjelaskan dengan lugas dan tersenyum ramah kepada Kiai Abdullah.

“Ya sebaik nya kamu berpamitan kepada mereka!” Perintah Kiai Abdullah kepada Fatimah.

“Iya Kiai.”

“Eh ada nak Fatimah, sudah lama nak?” Tanya Ummi yang baru datang dari dalam rumah.

“Iya ummi, Fatimah belum lama datang nya.”

“Oh ya Fatimah ummi boleh bertanya tidak?”

“Silahkan ummi, Fatimah akan menjawabnya jika Fatimah mampu tuk menjawab.” Fatimah menjawab dengan serius, tapi tetap dengan senyuman manis nya.

“Kamu kenapa nolak Sultan? Maaf kalau ummi lancang, tapi menurut ummi Sultan itu cocok untuk kamu.”

Fatimah terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan ummi. 

“Maaf ummi, tapi Fatimah menolak mas Sultan karna Fatimah belum siap untuk memulai berumah tangga kembali, jujur saya masih sedikit trauma atas apa yang pernah menimpa saya.” Jelas Fatimah mantap sambil memandang ummi dengan tatapan senduh.

“Jangan lama-lama menjanda nak, tidak baik untuk kamu jangan sampai menimbulkan fitnah.” Ummi memberi wejangan kepada Fatimah, karna menurut nya sudah ada calon yang baik kenapa tidak disegerakan untuk menjalin niat yang baik dan menghindari fitnah, karna fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.

**Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا قْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَ خْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَا لْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِ ۚ فَاِ نْ قٰتَلُوْكُمْ فَا قْتُلُوْهُمْ ۗ كَذٰلِكَ جَزَآءُ الْكٰفِرِيْنَ

waqtuluuhum haisu saqiftumuuhum wa akhrijuuhum min haisu akhrojuukum wal-fitnatu asyaddu minal-qotl, wa laa tuqootiluuhum 'ingdal-masjidil-haroomi hattaa yuqootiluukum fiih, fa ing qootaluukum faqtuluuhum, kazaalika jazaaa-ul-kaafiriin

"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191)

*Karna fitnah itu termasuk perbuatan musyrik yang dosa nya lebih besar dari pembunuhan.**

“Iya ummi, Fatimah paham dengan ke kawatiran yang ummi rasakan, tapi saya tidak ingin menjadi duri di dalam daging yang bisa menghancurkan segalanya. Dengan cara saya menerima pinangan mas Sultan.” Fatimah tertunduk lesu karna teringat dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, lebih tepatnya satu bulan yang lalu.

“Memang nya apa yang kamu kawatir kan Fatimah, apa karna masalah sebulan yang lalu?” Ummi menatap sendu kepada Fatimah. “Walaupun dengan adanya kejadian itu kalau sudah jodoh apa pun tak kan bisa menghalangi, yakinlah kepada Allah nak, mohon petunjuk kepada-Nya insyaallah, Allah akan membantu.” Ummi merasa prihatin kepada Fatimah, karna dari dulu dia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya, walau kadang keputusan nya membuat seseorang kecewa, tapi dia yakin semua itu akan membuat orang bahagia atas keputusan nya, dan terbukti sampai saat ini keputusan yang dia ambil selalu baik tuk orang yang bersangkutan.

Fatimah hanya menunduk, sebelum dia menjawab pertanyaan dari ummi yang serasa berat bagi nya tuk sekedar menjawab, padahal dia sudah tau jelas jawaban dari pertanyaan ummi, dia berusaha supaya tidak menyakiti perasaan ummi.

Fatimah menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan sebelum menjawab pertanyaan ummi.

“Fatimah sudah berserah diri dan memohon petunjuk ke pada Allah, dan Fatimah juga sudah melakukan shalat istikharah ummi. Allah mengirim kan pentunjuk Nya melalui mimpi saat Fatimah selesai melaksanakan shalat istikharah ummi, Fatimah yakin atas petunjuk itu karna menurut Fatimah itu lah yang terbaik tuk kami semua.” Fatimah berucap lembut berusaha menyakinkan ummi tanpa menyakiti perasaan ummi, dia juga selalu tersenyum manis di setiap tutur kata nya.

“Baik lah kalau itu adalah keputusan kamu, saya dan ummi akan tarima apalagi kamu sudah melakukan shalat istikharah memohon petunjuk pada-Nya.” Kali ini Kiai Abdullah angkat bicara setelah cukup lama menjadi pendengar setia, antara ummi dan Fatimah.

Fatimah menoleh dan mengucapkan terimakasih sambil tersenyum ramah kepada Kiai Abdullah dan Ummi.

“Terima kasih Kiai dan ummi yang telah mengerti akan keadaan saya.

🌹🌹🌹

Fatimah lalu kembali ke kamar asrama nya, setelah berpamitan kepada semua orang tanpa terkecuali, karna besok pagi dia sudah harus berangkat ke kota Jakarta guna melanjutkan studi nya yang sempat tertunda.

Fatimah termenung di dalam kamar, dia mulai teringat kembali akan kejadian sebulan yang lalu dan memutuskan tidak menerima pinangan Sultan.

*Flashback on*

“Assalamu'alaikum mbak.”

“Walaikumsalam Amel, sini masuk.” Ajak Fatimah kepada Amel.

“Iya mbak.”

“Ada apa Amel, tumben mau nemuin mbak di sini? Pasti ada yang sangat penting ya sehingga kamu kesini, biasa nya kan gitu.” Fatimah tersenyum karena mengingat jika Amel ke sini pasti ada hal yang penting saja, karna itu lah kebiasaan Amel, walau kadang datang hanya tuk bermain, tapi ya keseringan saat penting saja.

“Mbak tau aja kalau ada yang penting, ini menyangkut mas Sultan yang mau melamar mbak, tapi saya sarankan mbak tidak usah menerima nya.”

“Memang nya kenapa Amel, apa ada alasan lain sehingga kamu menyuruh mbak menolak, tidak mungkin kamu bicara seperti itu tanpa ada alasan yang benar.” Jawab Fatimah sembari tersenyum dalam menanggapi omongan Amel.

“Gini ya mbak sebenarnya ada orang yang dari dulu sampai saat ini yang mengharapkan bisa menikah sama mas Sultan, tapi dia tak berani dan hanya menyelipkan nama mas Sultan di dalam setiap do'a nya, aku takut dia akan berbuat hal-hal yang bodoh karna mendengar kabar bahwa mas Sultan mau mempersunting mbak Fatimah.” Jelas Amel panjang lebar denga mimik wajah serius.

“Oh jadi itu yang kamu kwatir kan” Fatimah pun tersenyum menanggapi perkataan Amel “Kamu tenang saja, teman mu itu tak kan berbuat hal-hal bodoh, karna mbak sudah menolak mas Sultan dan mbak juga sudah bertemu dengan teman mu yang kau maksud tadi.”

“Jadi mbak sudah tau siapa orang yang menyukai mas Sultan?!” Tanya Amel antusias. 

Fatimah mengangguk dan tersenyum kepada Amel, yang dianggap nya sangat lucu saat sedang berbicara serius dan langsung di sambut dengan ekspresi kaget nya yang agak berlebihan menurut orang yang melihat nya. 

“Yang benar mbak, mbak tidak bohong kan?!” Masih dengan ekspresi keterkejutan nya. 

“Iya mbak serius, bahkan mbak juga sudah memberi tahu Kiai Abdullah tentang hal ini dan menyarankan pada Kiai supaya menjodohkan mas Sultan dan Novia, karna yang mbak lihat Novia itu orang nya pantas untuk berdampingan dengan mas Sultan.”

“Jadi kapan Novia menemui mbak, trus kapan mas Sultan melamar mbak dan kapan mbak bicara sama Kita Abdullah?” Rentetan pertanyaan yang diucapkan dalam satu tarikan napas. 

Sebelum menjawab pertanyaan Amel, Fatimah hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah Amel yang bertanya begitu banyak, tapi hanya dia lakukan dalam satu kali tarikan napas. 

“Kamu itu ya, kalau bertanya satu-satu, trus apa tidak susah bicara dalam satu kali tarikan napas begitu?”

Amel hanya cengegesan mendengar ucapan Fatimah. 

***

Apa ya kira-kira jawaban Fatimah? 

Terus ikuti kelanjutan cerita nya ya di “Jodohku Milik Orang”

Jumat, 18 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 18 Kegalauan Fatma

“Iya bang, abang juga hati-hati di negri orang, jangan lupakan shalat, jaga juga iman mu bang.” Tutur Fatimah dengan senyuman yang mengembang indah di wajah nya, siapa pun yang melihat nya akan terpesona. 
“Insyaallah abang akan ingat pesan kamu, semoga kamu berhasil dengan cita-cita yang kamu impikan dan semoga kamu sukses dunia wal akhirat, aamiin.” Ucap Ardhan tulus. 

“Aamiin, semoga abang juga sukses dunia wal akhirat.”

“Aamiin”


***


Kini tinggal la Fatimah di pesantren Kiai Abdullah, sedangkan Ardhan telah kembali pulang dan bahkan telah terbang ke luar negri untuk mengurus perusahaan  nya yang ada di sana.

Hari-hari di lalui Fatimah bersama para santriwati. Saat siang dia mengajar kan keterampilan menjahit, membuat pola, membuat beraneka macam keahlian di bidang nya yang lain. Dan saat malam tiba Fatimah akan mengajar kan Barzanji dan cara membaca Al-Quran yang benar.

Begitu lah rutinitas yang di jalani Fatimah ketika di pesantren, terkadang dia juga akan pergi ke pasar bersama para santriwati untuk membeli kebutuhan di pesantren. Seperti saat ini dia sedang berbelanja bersama dua orang santriwati.

“Mbak kita ke pasar hari ini mau beli apa aja mbak?” Tanya salah satu santri yang ikut bersama nya

“Kita mau membeli kebutuhan dapur untuk para santriwan dan santriwati.”

“Lumayan banyak juga ya mbak belanja kita hari ini, pantasan mbak ngajak santriwan.”

Fatimah hanya tersenyum menanggapi ucapan salah satu santriwati yang ikut bersamanya. 

Setelah berbelanja Fatimah bertemu salah satu pengajar di pesantren. 

“Assalamu'alaikum ukhti!”

“Waalaikumsalam ya akhi.”

“Butuh bantuan tidak?”

“Kalau ingin bantu silahkan akhi.”

“Iya mas kalau mau bantu, ya bantu aja tidak usah basa basi.” Jawab salah satu santriwati yang bersama Fatimah

“Eh kenapa bicara begitu, tidak boleh bicara seperti itu apa lagi kamu perempuan yang seharusnya bersikap lebih sopan dan bertutur lembut , ayo Amel minta maaf sama mas Sultan!” Perintah Fatimah kepada salah satu santriwati yang ikut bersama nya. 

“Hehehe maaf ya mas Sultan, Amel cuma bercanda kok.” Ucap Amel yang malu-malu dan menyesal terhadap perbuatan nya sendiri. 

*Gini ya man teman, kalo lagi ngajar di pesantren para santri akan menanggil ustdz atau ustadzah, tapi jika itu di luar jam pelajaran para santri akan memanggil mbak atau mas, karna kebanyakan tenaga pengajar yang mengajar adalah alumni pesantren Kiai Abdullah.

“Tidak apa-apa Fatimah, Amel memang begitu suka bercanda.” Sultan mencoba menjelaskan kepada Fatimah supaya dia tidak marah. “Dan untuk Amel saya sudah memaafkan jangan di ulangi lagi kalau ingin bercanda coba lihat situasi dulu oke!” Sultan juga berusaha mengingatkan Amel supaya tidak salah langkah dalam hal berbicara. 

“Iya mas, oh ya mas ada keperluan apa ke sini?” Tanya Amal kepada Sultan. 

“Hanya kebetulan lewat saja dan tak sengaja melihat kalian disini.”

“Oh...”

“Mari saya bantu.” Tawar Sultan kepada Fatimah dan yang lain nya. 

***


Saat ini Fatimah sudah berada di pesantren Kiai Abdullah.
Fatimah kembali ke asrama khusus guru setelah membantu di dapur pesantren.

“Akhir nya selesai juga, lebih baik menelpon Alif.” Fatimah bergumam tanpa ada yang mendengar nya. 

*Telpon tersambung

📲 “Assalamu'alaikum mbak”

📱“Waalaikumsalam Humairah, bagaimana kabar mu dan keluarga di sana?”

📲“Alhamdulillah  kami semua sehat mbak, keadaan mbak di sana bagaimana?”

📱“Alhamdulillah keadaan mbak juga sehat.”

📲“Syukur lah kalau begitu mbak.”

📱“Em...
Humairah, Alif ada di sana atau tidak, kenapa tidak kedengaran suara nya ya?”

📲“Oh Alif lagi keluar sama mas Fahril, baru saja keluar nya mbak.”

📱“Ya sudah kalau begitu, mbak titip salam aja buat Alif, kamu juga jangan terlalu capek, harus cukup istirahat ya!”

📲“Iya mbak nanti aku sampaikan salam dari mbak untuk Alif, makasih atas perhatian nya mbak”

📱“Iya sama-sama Humaira, mbak tutup dulu telpon nya assalamu'alaikum.”

📲“Waalaikumussalam mbak.”

*Telpon terputus

Di sisi lain di waktu yang bersamaan di rumah Abizar dan Fatma.
Mereka sudah pindah kerumah mereka sendiri yang tak jauh dari pesantren

“Sayang, mas boleh nanya tidak?” Abizar bertanya sambil duduk di sisi istri nya. 

“Mau nanya apa mas?” Fatma balik bertanya sambil menoleh kepada Abizar

“Fahril sama Fatimah kok bisa bercerai, padahal yang aku tau si Fahril kan sangat cinta sama Fatimah” Tanya Fahril yang penasaran sekaligus binggung kenapa bisa terjadi hal yang seperti itu. Memang perceraian adalah hal yang diperbolehkan dalam agama Islam,  tapi perceraian adalah perbuatan halal yang sangat di benci oleh Allah. 

“Awal nya mas Fahril menikahi wanita lain selagi dia bersama Fatimah.”

“Kok bisa, tapi rasa nya tidak mungkin Fahril melakukan itu tanpa alasan yang kuat, sedangkan dia tau dan tentu nya masih ingat dengan perjanjian nya bersama Fatimah?!” Abizar masih merasa binggung dengan kejadian antara Fatimah dan sahabat nya itu. 

Akhirnya Fatma menceritakan semua, dari awal kejadian sampai perpisahan sahabatnya itu, bahkan waktu Fatimah koma karna kecelakaan.

“Jadi Fatimah pernah kecelakaan Yang?”

“Iya waktu itu aku masih berada di luar negri, aku tau cerita itu pun sewaktu Fatimah kembali ke pesantren saat aku juga baru pulang dari Kairo.” Fatma bercerita dengan tatapan sendu mengingat musibah yang menimpa sahabat nya dan dia tidak ada di sana saat Fatimah membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat nya. 

“Sudah jangan sedih gitu dong, semua kejadian itu pasti ada hikmah nya, kita do'a kan saja yang terbaik tuk Fatimah, semoga dia segera mendapat kan kebahagiaan yang layak untuk diri nya.” Abizar mencoba menenangkan Fatma dengan menarik Fatma kedalam pelukan nya

“Hm...
Mas jangan sampai kejadian itu trjadi kepada kita ya mas, walau aku tak akan minta cerai kepada mu seandainya kau menikah lagi, tapi aku masih tidak kan sanggup seandainya aku kau madu.” Fatma terisak di dalam pelukan Abizar. O

“Hei kenapa kamu bicara seperti itu, insyaallah aku tak akan begitu” Abizar menarik tubuh Fatma dari dekapan nya dan menangkup pipi Fatma dengan kedua tangan nya dan mengusap air mata Fatma dengan jempol tangan nya

Fatma hanya menganggukkan tanda mengerti dengan ucapan Abizar. 

“Insyaallah aku berjanji tidak akan seperti itu dan tak kan sembarangan menyentuh wanita selain diri mu” Abizar berusaha meyakinkan Fatma bahwa dia akan lebih berhati-hati terhadap dengan yang namanya wanita

“Iya aku percaya sama kamu mas, ana uhibbuka ya zawji (aku mencintaimu suami ku)” Fatma kembali memeluk Abizar. 

“ana aydaan uhibbuka ya zawjati (aku juga mencintaimu istri ku.” Abizar membalas pelukan Fatma. 

***


Tiada kata yang indah untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta selain dengan kejujuran dan keiklasan. Rumah tangga memang harus ada rasa cinta selain itu kejujuran, kesetiaan, saling percaya dan rasa ikhlas juga harus ada. Jadi lah setegar karang walau di terjang ombak dan badai masih tetap berdiri tegak, jadilah tegar di hadapan orang walau hati terluka. Walau tak mampu seperti karang di tengah lautan, tapi harus tetap tunjukkan bahwa diri mu mampu, berserah diri pada Tuhan jangan  berserah diri pada orang yang belum tentu bisa mengerti kamu.

***

Terus staytune ya manteman semua, karna perjalan cinta Fatimah masih terus berlanjut. 


Jodohku Milik Orang Bab. 17 Melanjutkan Hidup

“Ya ukhti ku ternyata bisa malu juga, tidak apa-apa ukhti, kan mas Abizar sudah sah menjadi suami kamu, tapi kalau belum sah aku adalah salah satu orang yang memarahi kamu.” Goda Fatimah sambil memelotot kan mata nya. 

Mereka saling berpelukan, dan tanpa di suruh air mata Fatimah dan Fatma mengalir di pipi mulus mereka. 

“Ternyata kamu orang yang periang Fatimah, aku baru sadar dengan sifat mu yang seperti ini dan aku juga senang melihatmu begitu bahagia hari ini, walau ku tau kau menyimpan luka mu bersama dengan senyum mu.” Gumam Ardhan di dalam hati dan terus memperhatikan Fatimah dalam diam nya. 

Setelah berpelukan dan tangis-tangisan, Fatimah turun dari atas panggung, saat turun dia berpapasan dengan Fahril dan Humairah. 

“Assalamu'alaikum mbak, apa kabar?” tanya Humairah sembari memeluk Fatimah yang langsung di balas oleh Fatimah. 

“Waalaikumsalam, alhamdulillah keadaan ku baik, kamu apa kabar Humairah?” Tanya Fatimah sembari merenggang kan pelukan nya pada Humairah. 

“Alhamdulillah kabar ku juga baik mbak.” Jawab Humairah yang kini saling berhadapan dengan Fatimah. 

“Oh ya sudah berapa bulan kandungan kamu, janin nya sehat kan?” Fatimah bertanya sambil tersenyum dengan sangat manis kepada Humairah. 

“Sudah 16 minggu mbak, alhamdulillah janin nya sehat mbak.” Humairah merasa senang melihat Fatimah yang sudah mulai menerima nya dan Humairah juga senang karna tak pernah sekalipun Fatimah menyinggung perasaannya, malahan Fatimah sangat menjaga perasaan nya walaupun dia tahu Fatimah memendam kesedihan nya di dalam hati dan pikiran. 

“Jaga kesehatan, asupan gizi di jaga, jangan kecapean, tidur juga harus teratur dan jangan lupa kontrol kandungan mu setiap bulan atau saat ada keluhan, jangan... ” Belum selesai Fatimah mewanti-wanti, Humairah sudah memotong ucapanya

“Mbak, mbak ternyata orang nya sangat pehatian ya, makasih mbak atas perhatian nya, Humairah pasti akan ingat dengan ucapan mbak.” Humairah kembali memeluk Fatimah dengan rasa sayang dan merasa sangat beruntung bisa mengenal Fatimah. “Terimakasih mbak, mbak telah hadir dalam hidup ku, telah mengisi nya dengan kasih sayang seorang saudara yang telah lama kurindukan sejak kematian kakak ku yang terdahulu, terimakasih mbak walau dengan sengaja ataupun tanpa sengaja ku telah menyakiti hati mu, tapi kau tetap memperhatikan dan menerima ku dengan sangat baik.” Humairah berkata lirih dan menahan tangis supaya air matanya tidak jatuh. 

Fatimah melerai pelukan nya “Jangan bicara begitu, mbak tidak mau lagi mendengar kamu bicara seperti itu, jangan mikir macam-macam tidak baik untuk mu dan dia yang ada di dalam sini.” Fatimah berkata sambil mengusap lembut perut Humairah. 

“Iya mbak maaf kan aku.”

“Tidak perlu selalu minta maaf, karna mbak sudah menganggap kamu sebagai adik mbak sendiri.” Fatimah berkata dengan tulus. 

*Jarak umur Fatimah dan Humairah berjarak dua tahun ya man teman, jadi wajar kalau Fatimah menganggap Humairah sebagai adik nya.

Humairah menatap lekat-lekat mata Fatimah, berusaha mencari kebohongan di dalam nya, tapi tak ia temukan yang dia rasa dan lihat hanya ketulusan dari seorang Fatimah.

Dari tadi Fahril hanya memperhatikan kedua wanita yang ada di hadapan nya itu, yang satu pernah sangat ia cintai dan yang satu nya mulai ia cintai. 

“Kau tak pernah berubah Fatimah, masih seperti dulu, mudah memaafkan seseorang walaupun kau harus terluka dengan pemberian maaf mu itu, kau selalu berusaha terlihat tegar, padahal dalam hati mu kau begitu rapuh, kudo'a kan supaya kau cepat dipertemukan dengan orang yang bisa membahagiakanmu kelak.” Gumam Fahril dalam hati dan terus memperhatikan ke dua wanita yang berdiri di hadapannya sambil mengendong Alif yang terlihat sudah mulai mengantuk. 

“Oh ya mbak, Alif pulang dengan kami saja ya, kan mbak juga masih repot di sini.” Pinta Humairah penuh harap, berharap Fatimah akan mengizinkan karna dia sangat menyayangi Alif seperti anak nya sendiri. 

“Baik lah, kalian bisa mengajak Alif pulang kalau kalian tidak keberatan.” Tutur Fatimah saat melihat
Humairah yang sangat berharap bisa mengajak Alif pulang bersama dengan nya. 

“Tentu saja kami tidak keberatan mbak, malahan kami sangat senang.” Senyum mereka indah di wajahnya karna telah di izinkan mengajak Alif pulang. 

“Nak pulang sama ayah dan ummi dulu ya, soalnya ammi masih ada pekerjaan di sini, Alif tidak boleh nakal harus nurut apa kata ayah dan ummi ya, Alif kan anak baik, anak yang soleh jadi harus nurut ya sayang.” Fatimah berjongkok untuk menyamakan tinggi nya dengan Alif yang sudah turun dari gendongan ayah nya.

“Iya ammi, tapi ammi ati-ati ya, anti angan lupa tepon Alif.”

“Iya sayang, nanti ammi pasti telpon Alif kok.” Fatimah berkata sembari mencium kedua pipi Alif dengan rasa sayang. 

“Mas, aku titip Alif ya” Fatimah berdiri dari hadapan Alif dan menujukan pandangan nya ke arah Fahril dan Humairah. “Humairah jangan sungkan untuk menasehati Alif kalau-kalau dia berbuat hal yang tidak sesuai dan tak sewajarnya untuk anak kecil seusia nya.” Fatimah berkata sambil terus tersenyum tulus di hadapan mereka. 

Ardhan yang sedari tadi memperhatikan dari jauh pun akhirnya mendekati mereka tanpa mereka sadari bahwa Ardhan sudah berada di samping Fatimah. 

“Assalamu'alaikum, wah seperti nya seru sekali nih, sampai-sampai saya yang berdiri di sini di anggurin.” Ucap Ardhan yang berpura-pura merajuk. 

“Waalaikumsalam” Jawab mereka bersamaan. 

“Maaf bang, Fatimah tak menyadari kedatangan abang, karna lagi ngobrol bersama Humairah.” Tutur Fatimah yang sedikit merasa bersalah kepada Ardhan. 

“Tidak apa-apa Fatimah, abang cuma bercanda kok, jangan merasa tidak enak gitu dong.”

“Em iya bang.” Saut Fatimah sambil tertunduk. 

***
Sudah dua hari berlalu dari pernikahan Fatma dan Abizar, Fahril dan yang lain nya pun sudah pulang semua kecuali Fatimah dan Ardhan karna mereka masih bantu-bantu di pesantren Kiai Abdullah. 

“Hari ini abang akan pulang, kalo Fatimah bagaimana, apa mau pulang bersama abang?!” Tanya Ardhan yang melihat Fatimah yang duduk di sebrang nya

Mereka sekarang berada di rumah Kiai Abdullah, karna baru selesai bantu beres-beres. 

“Tidak bang, soal nya selama enam bulan ke depan Fatimah akan barada di sini, setelah itu Fatimah berencana melanjutkan kuliah Fatimah yang masih tertunda.” Jawab Fatimah panjang lebar

“Oh...” Ardhan mengantung ucapanya sebelum dia melanjutkan nya “Oh ya Fatimah, Insyaallah besok lusa abang akan pergi ke luar negeri soal brapa lama abang tidak tau pasti, kamu di sini hati-hati ya, jaga diri, jaga kesehatan dan jaga iman.” Ardhan berkata mantap saat mengingat kan Fatimah akan segala hal dan sebenarnya dia ingin mengucapkan untuk jaga hati tapi tak bisa di ucapannya, kata-kata itu seperti nyangkut di tenggorokan nya susah untuk di ucap kan. 

“Iya bang, abang juga hati-hati di negri orang, jangan lupakan shalat, jaga juga iman mu bang.” Tutur Fatimah dengan senyuman yang mengembang indah di wajah nya, siapa pun yang melihat nya akan terpesona

“Insyaallah abang akan ingat pesan kamu, semoga kamu berhasil dengan cita-cita yang kamu impikan dan semoga kamu sukses dunia wal akhirat, aamiin.” Ucap Ardhan tulus. 

“Aamiin, semoga abang juga sukses dunia wal akhirat.”

“Aamiin”

***