Rabu, 30 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 24 Pertemuan Kembali

“Tapi, dia itu orang yang baik loh.”

“Aku tau, tapi dia bukan orang yang di kirim kan Allah untuk ku. Aku yakin atas hal itu, kalau pun kami berjodoh yakin lah Allah pasti akan mempersatukan kami dengan cara apa pun, tapi kalau kami tidak berjodoh maka Allah juga akan menjauh kan kami dengan cara yang di kehendaki-Nya.”

Dret... dret... dret... HP Fatimah berbunyi

📱“Halo assalamu'alaikum Ma.”

📲 “Wa'alaikumussalam, nak hari ini kamu pulang ke rumah ya!”

📱“Ada apa Ma?”

📲 “Soal nya hari ini abang mu pulang, sekalian kita makan malam bersama.”

📱“Ya ma, Insya Allah Fatimah pulang.”

📲 “Kamu pulang pukul berapa nak?”

📱“Pukul empat sore Ma, nanti sepulang kuliah Fatimah akan langsung pulang ke rumah Mama.”

📲 “Ya, nanti abang mu yang akan jemput kamu”

📱“Eh... tidak usah Ma, bang Ardhan pasti capek baru pulang dari perjalanan jauh kok udah disuruh jemput Fatimah.”

📲 “Ya tidak apa lah nak, kan jemput calon istri pasti semagat dia.”

📱“Ah Mama apaan sih, becanda nya tidak lucu.”

📲 “Eh nih anak, Mama itu tidak bercanda. Kamu dan Ardhan kan tidak ada hubungan darah, ya jadi bisa lah kalian berdua menikah.”

📱“Kita bahas nanti aja ya Ma, soal nya Fatimah ada mata kuliah lagi. Habis mata kuliah ini Fatimah akan langsung pulang.”

📲 “Ya udah, pulang nya nanti hati-hati ya sayang”

📱“Kan Fatimah pulang di jemput bang Ardhan.”

📲 “Cie anak Mama ngarep ni ya?”

📱“Em bukan gitu Ma, eh udah dulu ya Ma assalamu'alaikum.”

📲 “Wa'alaikumusalam.”

Telpon pun terputus, Fatimah masih merasa malu dengan perkataan-nya barusan tapi, berbeda dengan lawan bicara nya. Yang merasa sangat bahagia karena mendengar ucapan Fatimah barusan, ia merasa lucu mendangar Fatimah yang malu-malu pada-nya.

“Siapa yang telpon?” Tanya Lisna kepada Fatimah.

“Orang tua angkat ku.” Jawab Fatimah cepat.

“Ekhem orang tua angkat atau calon mertua ...,” Goda Lisna kepada Fatimah.

“Apaan sih,” Kata Fatimah acuh.

“Sudah tidak usah malu, kalo seandainya kalian memang berjodoh gimana? Aku tidak keberatan kok kalau kalian nikah toh kalian udah saling kenalkan dan lagi kedua orangtua kalian juga sudah saling bertemu.” Kata Lisna panjang lebar. 

“Ya walau pun aku masih jomblo aku tidak akan iri. Tapi, tetap sih jiwa kepo ku harus diberi makan he-he-he.”

“Dasar tukang kepo, tapi kalau seandainya aku dan bang Ardhan berjodoh aku juga tidak akan menolak. Karena aku akan menerima takdir yang sudah ditentukan oleh Allah untuk ku.”

“Cie ... ada yang ngarap nih.” Goda Lisna lagi ke pada Fatimah.

“Sekali-kali ngarap juga tidak apa-apa kali.”

“Beneran loh ngarap gitu supaya bisa nikah sama bang Ardhan loh itu?!”

'Aduh kenapa sih harus ngomong kayak gitu tadi. Udah tau nih orang yang paling kepo, dasar nih mulut kadang susah di kondisi kan.' Kata Fatimah dalam hati sambil mengusap-ngusap kening nya yang mendadak gatal.

“Lah kok diam, tuh kan tidak bisa jawab berarti bener nih ngarap jadi istri abang Ardhan mu itu.”

'Iyain aja deh biar diam ni anak.' Kata Fatimah di dalam hati.

“Iya— ngarap banget malahan. Udah yuk kita masuk jam istirahat nya udah habis nih," ajak Fatimah sambil menarik tangan Lisna.

“Iya ibu ustazah yang cantik.”

'Nah kalo nurut gini kan enak, tapi kalo jiwa kepo nya bangkit ya Allah ... rasa nya ingin ku jahit nih mulut orang kalo tidak ingat dosa.' Kata Fatimah di dalam hati.

Ya akhir-akhir ini Fatimah sering bicara dalam hati saat di dekat Lisna. Kalo tidak begitu bisa gawat pikir nya secara Lisna kan kepo banget orang nya.

🌹🌹🌹

Saat ini Fatimah dan Lisna sudah selesai dengan mata kuliah mereka. Tanpa Fatimah sadari ternyata Ardhan sudah menunggu nya di depan gerbang kampus.

“Fatimah mau bareng gak, sekalian nanti ku antar kau pulang?”

“Tidak, hari ini aku tidak pulang ke apartemen.” Tolak Fatimah kepada Lisna.

“Oh iya ya, kamu kan pulang ke rumah calon mertua he-he-he.”

“Iya ya sesuka hatimu saja lah.” Jawab Fatimah malas

“He-he-he udah jangan ngambek, aku duluan ya kamu hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa hubungi aku ya!"

“Peduli juga ternyata.” Jawab Fatimah sambil tersenyum.

“Iya dong kita kan sahabat.”

“Iya sahabat ku yang super kepo, kamu juga hati-hati jangan ngebut.”

“Siap ustazah.” Kata Lisna sambil mengangkat tangan seperti prajurit yang sedang hormat.

Fatimah berjalan menuju gerbang kampus, tapi dia terkejut saat melihat sosok laki-laki yang di kenal nya. Hati nya tiba-tiba merasa aneh, ada perasaan senang tapi tidak bisa mengungkapkan nya.

Sedangkan orang yang di lihat Fatimah tadi sudah tersenyum saat melihat Fatimah sedang berjalan ke arah nya. Dia merasa senang karna bisa melihat Fatimah setelah beberapa tahun tidak berjumpa. Bukan karna dia pergi menjauh dari Fatimah, tapi karna ada salah satu perusahaan nya di luar negri yang baru berdiri dan perlu penanganan khusus dari nya.

“Assalamu'alaikum Fatimah.”

“Wa'alaikumusalam, abang sudah lama nungguin di sini? Tanya Fatimah ke pada Ardhan.

“Baru kok, baru juga lima belas menit. Mau selama apa pun juga insyaallah akan abang tunggu, apa lagi kalau Fatimah mau abang jadikan istri.” Kata Ardhan seperti menggoda tapi kenyataan nya dia menyuarakan isi hati nya.

Sedangkan Fatimah yang mendengar ucapan Ardhan, perasaan nya menjadi tidak menentu. Antara berharap akan kebahagiaan tapi takut akan kegagalan yang perna dia rasakan.

Dia mencoba ikhlas dengan apa yang terjadi, tapi ikhlas bukan sekedar kata-kata yang hanya gampang untuk di ucap kan. Melaikan prasaan yang sulit untuk di terap kan.

“Sudah yuk bang, kita berangkat saja sekarang.” Kata Fatimah mengalihkan pembicaraan karna dia merasa canggung dengan topik pembicaraan yang di angkat Ardhan.

“Ya sudah, silahkan masuk calon istri.” Kata Ardhan sambil membukakan pintu mobil nya.

“Apaan sih bang, bercanda nya tidak lucu.” Kata Fatimah merasa malu mendengar ucapan Ardhan.

“Siapa yang bercanda, abang serius ini. Cuma kamu nya aja yang belum bisa membuka hati.” Kata Ardhan sambil menutup kembali pintu mobil nya dan dia mengitari mobil nya untuk masuk ke dalam mobil.

“Abang tu serius ingin menjadi kan kamu istri abang. Abang sudah lama memikirkan ini, sudah dua tahun sejak terakhir kita bertemu.” Lanjut Ardhan sungguh-sunghuh sambil melajukan mobil nya.

“Jadi cerita nya abang ngelamar Fatimah nih, tidak romantis nih si abang masak ngelamar di dalam mobil gini.”Jawab Fatimah berusaha menutupi rasa gugup dan malu nya.

“Jadi ingin di lamar secara romantis nih, kalau abang sudah melakukan lamaran romantis satu minggu setelah lamaran kita langsung nikah loh.” Kata Ardhan jadi tambah serius.

“Tidak gitu juga si bang, Fatimah belum siap untuk memulai hubungan serius. Fatimah masih ingin menjalani kesendirian ini, ingin menikmati waktu seperti ini dulu.” Kata Fatimah sambil tertunduk lesu. “Maaf kalau kata-kata Fatimah menyakiti hati abang, tapi Fatimah sungguh-sungguh.”Sambung Fatimah lagi.

“Apa kamu tidak ingin menikah dan memulai membina keluarga baru lagi?” Kata Ardhan kepada Fatimah.

“Aku masih ingin menikah bang dan masih ingin membina hubungan serius seperti keluarga pada umum nya, tapi hanya belum siap saja untuk memulai hubungan tersebut. Beri Fatimah waktu bang, InsyaAllah jika berjodoh kita pasti akan di mempersatukan oleh Nya, tapi jika kita tidak berjodoh sekuat apa pun keinginan kita ingin bersatu, pasti akan terpisah juga karna belum berjodoh.” Kata Fatimah berusaha memberi pengertian ke pada Ardhan.

“Iya Fatimah, abang mengerti. Jika itu keinginan mu akan abang turuti.” Kata Ardhan memaklumi keinginan Fatimah. “Oh ya InsyaAllah minggu depan abang akan pergi lagi ke perusaan abang yang ada di luar negri karna perusaan abang yang di sana belum benar-benar stabil.” Lanjut Ardhan lagi.

“Kalau abang pergi lagi, terus perusahaan abang yang di sini bagaimana?” Tanya Fatimah kepada Ardhan.

🌹🌹🌹
Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: