Rabu, 30 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 25 Kebahagiaan tak terduga

“Iya Fatimah, abang mengerti. Jika itu keinginan mu akan abang turuti.” Kata Ardhan memaklumi keinginan Fatimah. “Oh ya InsyaAllah minggu depan abang akan pergi lagi ke perusaan abang yang ada di luar negri karna perusaan abang yang di sana belum benar-benar stabil.” Lanjut Ardhan lagi.

“Kalau abang pergi lagi, terus perusahaan abang yang di sini bagaimana?” Tanya Fatimah kepada Ardhan.

“Kalau masalah perusahaan sudah di urus papa dan asisten pribadi aku” jelas Ardhan kepada Fatimah.

“Oh, berarti aman dong bakal tidak terlalu kepikiran sama yang ada di sini.” Ucap Fatimah yang terdengar ambigu bagi yang mendengar, tapi berbeda dengan Fatimah sendiri. Dia hanya membicarakan tentang perusahaan yang akan di tinggal kan Ardhan.

“Eh kata siapa bakal tidak kepikiran yang ada di sini.” Kata Ardhan kepada Fatimah.

“Lah bukan nya tadi... Abang bilang perusahaan udah di urus oleh papa dan asisten nya abang ya?!” Kata Fatimah yang binggung dengan ucapan Ardhan.

“Ya kalau masalah itu memang sudah di urus tapi yang di hati abang kan belum!” Kata Ardhan sambil tersenyum ke arah Fatimah dan kembali fokus ke arah jalan yang mereka lalui.

“Hati abang? Memang nya hati abang sakit ya, kalau gitu ayo kita periksa ke dokter?!” Kata Fatimah yang terlihat binggung sekaligus cemas dengan keadaan Ardhan.

“Siapa bilang abang sakit?!”

“Terus abang bilang masalah hati tadi apa?”

“Tapi kan abang tidak bilang kalau hati abang sakit.”

“Iya sih.” Ucap Fatimah pelan, dia merasa malu atas prasangka nya tadi.

Ardhan melirik ke arah Fatimah lalu tersenyum tanpa di ketahui oleh Fatimah.

“Maksud abang yang di hati abang itu ya kamu Fatimah, abang khawatir saat abang pergi akan ada laki-laki lain yang berhasil mendapatkan hati kamu.” Ardhan menghembuskan nafas pelan. “Sedangkan abang tidak bisa berbuat apa-apa karna keadaan yang memisahkan kita.”

“Yakin lah atas kehendak Allah bang. Kalau kita berjodoh insyaallah kita akan di persatu kan dalam ikatan pernikahan, tapi jika kita tidak berjodoh mau sekeras atau sekuat apapun keinginan kita untuk bersatu pasti tak kan berakhir indah Bang.” Fatimah tersenyum kepada Ardhan. “Karna tak ada apapun yang bisa melawan kehendak Allah bang. Berserah diri lah kepada Nya dan berdoa hanya ke pada Nya.” Ucap Fatimah tulus dan serius.

Fatimah hanya berdo'a di dalam hati supaya dia dan Ardhan bisa mendapatkan jodoh yang terbaik. Yang bisa menua bersama, melalui suka, duka dan terus berlanjut sampai ke surga nya Allah.

Sedangkan Ardhan dia selalu berdo'a supaya bisa berjodoh dengan Fatimah. Walaupun tidak berjodoh dia berharap mereka bisa bahagia dengan pasangan masing-masing kelak.

Tidak terasa mereka sudah sampai di rumah orang tua Ardhan.

“Kamu tunggu dulu ya, jangan turun dulu biar abang yang buka kan pintu nya.” Perintah Ardhan kepada Fatimah yang hanya di tanggapi dengan senyuman manis nya.

Ya Allah bang jangan terlalu begini juga, aku memang berharap kau adalah jodoh ku kelak, tapi aku takut untuk bahagia karna keadaan ku di masa lalu. Ku berharap kau bisa mendapatkan jodoh yang terbaik.” Fatimah berkata di dalam hati sambil terus memperhatikan Ardhan yang sedang mengitari mobil untuk membuka kan nya pintu mobil.

“Ayo silahkan turun my princess.” Ucap Ardhan menggoda Fatimah.

Fatimah tersenyum mendengar ucapan Ardhan tapi tetap tidak membuat nya membawa perasaan mendengar itu semua.

“Bukan princess nya abang, tapi princess nya orang tua Fatimah, bang.” Jawab Fatimah sambil tersenyum.

“Ya sekarang masih milik orang tua kamu, tapi insyaallah nanti akan menjadi milik abang.” Ucap Ardhan lembut.

Lagi-lagi Fatimah hanya tersenyum. Dia tidak ingin menjawab atau pun melanjutkan pembicaraan ini.

Mereka berdua sudah sampai di depan pintu rumah orang tua Ardhan.

Tok... tok... tok...

Cklek...

Suara pintu terbuka, ternyata yang membuka pintu adalah sang Mama.

“Assalamu'alaikum Ma.” Ucap Fatimah dan Ardhan berbarengan.

“Wa'alaikumusalam, eh kalian udah sampai. Ayo kita masuk kebetulan Mama lagi masak.” Ucap Mama kepada mereka berdua.

Mereka masuk ke dalam beriringan. Fatimah ikut Mama ke dapur sedang kan Ardhan langsung pergi ke ruang kerja nya untuk menemui sang Papa.

“Papa di mana Ma?” Tanya Ardhan kepada Mama nya.

“Papa mu lagi di ruang kerja, lagi memeriksa berkas-berkas yang di bawahnya dari kantor tadi.” Kata Mama menjelaskan kepada Ardhan.

“Oh ya sudah Ardhan mau lihat papa dulu ya ma, abang tinggal dulu ya Fatimah.” Ardhan pun berlalu pergi ke ruang kerja.

“Fatimah bantuin Mama aja yuk, kan jarang-jarang kita bisa berduaan gini.”

“Ok siap Ma laksanakan.” Ucap Fatimah sambil mengangkat tangan seperti prajurit yang sedang hormat.

“Kamu ini, Mama kan bukan komandan militer pake hormat gituan.” Ucap Mama sambil mencubit hidung Fatimah.

“Aduh Mama nanti hidung ku pesek loh.” Kata Fatimah mendramatisir keadaan sambil mengusap hidung nya yang di cubit tadi.

“Alah tidak usah terlalu mendramatisir, yang ada hidung kamu tambah mancung bukan nya pesek.” Ucap Mama tersenyum menanggapi ucapan Fatimah.

Sedangkan yang di jahili cuma bisa tersenyum.

“Sudah ah, yuk kita lanjut masak kalau gini terus yang ada nanti tidak jadi masak, malahan jadi delivery kita.” Kata Mama sambil tersenyum dan mengambil beberapa bahan yang akan mereka masak.

🌹🌹🌹

Mereka makan malam bersama dalam diam, karna begitu lah peraturan yang mereka terapkan. Tidak ada yang bicara saat sedang makan, saat setelah makan mereka baru berbicara walau masih di meja makan.

Dengan begitu suasana akan menjadi tambah hangat dan akrab. Selesai makan mereka berbincang-bincang sebentar dan beralih ke ruang keluarga.

Fatimah duduk di samping Mama sambil terus berbincang-bincang. Sedang kan Ardhan sekali-kali memperhatikan interaksi antara Mama nya dan Fatimah yang kelihatan seperti ibu dan anak kandung.

Fatimah, seandainya aku dan kamu bisa bersatu maka kebahagiaan itu bukan cuma milik kita berdua melainkan milik orang-orang yang juga menyayangi kita. Aku selalu berdo'a pada Allah supaya kita berjodoh, tapi seandainya tidak berjodoh ku harap ku bisa merelakan mu dengan yang lain. Pikir Ardhan sambil terus memerhatikan Fatimah dan mama nya.

“Ternyata mamang benar kata orang, bahwa bahagia itu tak perlu dengan hal-hal yang mewah. Bahkan kebersamaan seperti ini pun sudah sangat mampu membuat ku bahagia. Terimakasih ya Allah atas nikmat mu yang tak henti-henti nya kau curah kan kepada ku. Terus bimbing lah aku dan sertai aku dalam setiap langkahku, lindungi aku dari sifat iri, dengki dan penyakit hati lain nya.”  Do'a Fatimah di dalam hati, saat memperhatikan satu per satu orang-orang yang sedang bersama nya.

🌹🌹🌹

*Bersyukur setiap saat

Happiness will never come to those who fail to appreciate what they already have. Say Alhamdulillah in every moment of life.

Kebahagiaan tidak akan pernah mendatangi mereka yang tidak bisa menghargai apa yang sudah mereka miliki. Ucapkanlah syukur Alhamdulillah setiap saat.

*Amalan paling dicintai

The best of all deeds is that you bring happiness to your Muslim brother, pay off his debt or feed him bread. – Hadits.

Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membahagiakan saudara sesama muslim, mengangkat kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. – Hadis.

*Tiga hal

Happiness is attained by three things: 1) being patient when tested, 2) being thankful when receiving a blessing, and 3) being repentant upon sinning. – Ibnu Qayyim.

Kebahagiaan bisa dicapai dengan tiga hal: 1) sabar saat diuji, 2) bersyukur saat mendapat nikmat, dan 3) bertaubat saat berbuat dosa. – Ibnu Qayyim

*Ingin bahagia

A boy said to a man: “I want happiness.” The man said: “Remove ‘I’, that is your ego. Remove ‘want’, that is your desire. And what remains is happiness.” – Yasmin Mogahed

Seorang anak lelaki berkata kepada seorang pria: “Aku ingin bahagia.” Orang itu berkata: ” Hapus kata ‘aku’, karena itu adalah egomu. Hapus kata ‘ingin’, karena itu adalah keinginanmu. Maka yang tersisa adalah bahagia.” – Yasmin Mogahed

🌹🌹🌹
Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: