Rabu, 02 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab.11 Persiapan

Happy reading all 😘

"Kau juga ukhti, jangan berlarut-larut dengan kesedihan, ku doa kan supaya Allah mengirim kan jodoh yang terbaik tuk mu" Fatma tersenyum sambil mengenggam tangan Fatimah

"Aamiin, aku sudah ikhlas kok atas takdir yang harus ku jalani" Fatimah tersenyum tulus

"Nah gitu dong, ini baru sahabat ku" Fatma

Dari cerita Fatimah dan Fatma, Abizar dapat menyimpulkan bahwa Fahril dan Fatimah sudah bercerai, tapi yang membuatnya binggung adalah kenapa mereka berpisah, karna setau Abizar, Fahril sangat lah mencintai Fatimah. Tapi lagi-lagi Abizar hanya diam tak ingin bertanya ataupun ikut campur.

"Ayo turun, kita sudah sampai" Ajak Abizar kepada ke dua wanita yang di hormati nya

Menurut Abizar, Fatimah dan Fatma adalah wanita yang patut tuk di hormati, sebab mereka berdua selalu menjaga harga diri mereka, selalu bersikap ramah, sopan santun,  dan yang insyaallah berhati mulia.

"Oh sudah sampai, ayo ukhti kita turun" Ajak Fatma sambil terus menggenggam tangan nya.

Fatimah hanya tersenyum, melihat tingkah sahabat nya itu.

Mereka sudah selesai melakukan fitting baju, dan akan melanjutkan perjalanan menuju tempat percetakan.

"Ukhti kalau undangan yang ini menurut mu gimana?" Tanya Fatma.

"Kenapa kau selalu menanyai ku, kenapa tidak meminta saran ke pada Abizar?!" Fatimah tersenyum melihat Fatma yang malu saat diri nya menyinggung tentang Abizar.

"Mas bagaimana menurut mu dengan kartu undangan yang ini, Fatma malu untuk menanyakannya pada mu, pilih lah salah satu?" Tanya Fatimah dan menyodorkan beberapa undangan yang ada di tangan nya.

Abizar memilih undangan yang berwarna abu-abu dengan aksesoris di bagian samping nya.

"Bagaimana kalau yang ini, simpele tapi tetap elegant" Abizar

"Ok juga tu, ya aku setuju sama pilihan kamu mas." Fatma tersenyum senang karna merasa tak salah memilih.

"Undangan sudah ya, jadi mau ke mana lagi ni, aku siap menemani kalian?" Tanya Fatimah sambil tersenyum telus menghadap sahabat nya.

"Berhubung sudah siang, kita cari makan dulu. Setelah itu kita mencari tempat buat shalat zuhur" Kata Abizar.

"Ayo kalo gitu." Fatma berjalan mendahului Abizar sambil terus menggandeng tangan Fatimah.

Abizar hanya tersenyum melihat indah nya persahabatan mereka. 

🌹🌹🌹
Fatimah dan Fatma sudah pulang dan sekarang sedang berada di taman belakang rumah Kiai.

"Ukhti makasih sudah nemenin kita, maaf sudah merepot kan ukhti" Kata Fatma.

"Sudah tidak perlu makasih, kita kan sahabat dan lagi pula aku tidak repot kok. Malahan aku senang bisa di butuhkan dan bisa bantu kamu walau cuma segini." Fatimah tersenyum tulus kapada Fatma.

"Kamu memang sahabat terbaik ku" Fatma berucap sambil memeluk Fatimah.

"Kamu juga sahabat terbaik ku" Fatimah malas pelukan Fatma.

Fatimah merenggang kan pelukan nya "Oh ya nanti acara nya akan di lakukan di mana?" Tanya Fatimah.

"Insyaallah semua acara nya akan di lakukan di pesantren" Jawab Fatma.

"Acaranya masih dua minggu lagi kan?" Tanya Fatimah lagi.

"Iya, memangnya ada apa ukhti?" Jawab Fatma dan sembari bertanya.

"Insyaallah rencananya besok aku mau pulang, karna bang Ardhan ingin ke sini jadi sekalian besok aku mau ikut pulang." Kata Fatimah.

"Kalo gitu titip undangan buat orang tua mu, arang tua angkat mu dan Mas Fahril ya." Fatma.

"Ok sahabat ku." Fatimah.

"Kapan bang Ardhan mau ke sini?" Tanya Fatma.

"Hari ini ukhti." Jawab Fatimah.

"Iya tau hari ini, tapi tepat nya itu kapan ukhti!!" Fatma merasa geram atas jawaban sahabat nya itu.

"Astaghfirullah tidak usah pakai ngegas ukhti." Fatimah tersenyum melihat tingkah laku sahabat nya itu.
"Insyaallah sore setelah ashar, karna bang Ardhan berangkat siang dari sana." Sambung Fatimah lagi.

"Ya maaf ukhti, habis nya kamu jawab nya gitu"  Fatma menjawab sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kan ukhti juga nanya nya kayak gitu, jadi ku jawab seperlunya aja, bibir nya jangan kayak itu ah, tidak bagus anak perawan monyong gitu." Fatima tersenyum memandang sahabatnya yang lagi merajuk yang baginya sangat lucu.

"Monyong apa tu ukhti?" Fatma bertanya karna dia merasa baru pertama kali mendengar ucapan itu.

"Memang nya tidak tau monyong itu apa?" Tanya Fatimah dan Fatma hanya menggeleng menandakan dia tidak tau.

"Monyong itu ya kayak bibir kamu ini." Fatimah memberi tahu sambil mencubit ringan bibir sahabat nya itu.

"Akh sakit ukhti, kok gitu sih nanti bibir ku tidak perawan lagi loh." Kata Fatma sambil menggosok bibir nya.

"Mangkanya jagan suka merajuk, nanti tidak cantik lagi." Fatimah merasa senang bisa menjahili sahabatnya.ll

"Iya ya, tidak gitu lagi ukhti ku sayang." Kata Fatma Sambil memeluk Fatimah.

Fatimah membalas memeluk Fatma.

"Semoga persahabatan kita bisa sampai ke jannah nya Allah ya ukhti." Ucap Fatma karna dia merasa senang bisa mendapatkan sahabat yang sangat baik seperti Fatimah.

"Ammiin ukhti, semoga di ijabah oleh Allah." Jawab Fatimah.

"Iya ukhti, terimakasih sudah mau jadi sahabat ku, berbagi suka maupun duka dengan ku, terimakasih sudah mau menerima kelebihan dan kekurangan ku, selalu menasehati ku saat ku salah langkah, selalu mengingat kan ku untuk berserah diri hanya kepada Allah. Terimakasih atas semua nya, maaf ku perna tidak ada di saat titik terendah mu, maaf atas ketidak tahuan ku, maaf ukhti hiks hiks, maafin aku yang tak ada untuk mu saat itu hiks hiks" Fatma menangis sambil memeluk Fatimah.

"Tidak apa-apa ukhti ini sudah jadi jalan takdir ku, yang harus ku jalani dan ku terima dengan ikhlas, aku tidak menyalakan mu ukhti, karna saat itu kamu juga masih di Kairo, kita bersahabat bukan satu atau dua hari, tapi sudah bertahun-tahun jadi aku juga bisa memaklumi keadaan mu sahabat ku, sudah jangan sedih lagi kan mau nikah kok jadi sedih-sedihan gini nanti aura nya gelap loh." Goda Fatimah dan dia  tersenyum bahagia karna masih banyak orang yang peduli terhadap diri nya.

"Ih ukhti orang lagi sedih malah di candai, kan tidak jadi sedih lagi." Fatma melerai pelukan nya setelah mendengar kalimat terakhir yang di ucapan kan Fatimah.

"Udah ah, sudah waktu ashar ayo kita shalat dulu." Ajak Fatimah.

Fatma mengangguk tanda setuju atas ajakan Fatimah.

***
"Assalamu'alaikum Kiai, kaifa haluk? (Assalamu'alaikum Kiai, apa kabar?)" Tanya Ardhan.

"Walaikumsalam Ana Bikhoirin walhamdulillah (Walaikumsalam saya baik alhamdulillah)" Jawab Kiai Abdullah.

"Eh ada nak Ardhan, silahkan masuk nak!"  Ucap Ummi saat melihat Ardhan.

"Iya terimakasih ummi" Jawab Ardhan.

"Nak Ardhan sudah shalat apa belum?" Tanya Kiai Abdullah.

"Sudah Kiai, tadi di jalan saat mau ke sini" Jawab Ardhan.

"Mana yang lain Kiai, kenapa tidak kelihatan?"  Tanya Ardhan.

"Fatma dan Fatimah lagi di pesantren,sebentar lagi akan pulang.
Kata nya Fatimah ingin  pulang sama nak Ardhan besok, apa benar nak?" Tanya Kiai Abdullah.

"Iya Kiai, kata nya besok sekalian ingin mengantarkan undangan" Jelas Ardhan sopan.

"Nak Ardhan, maaf ya sebelum nya kalau perkataan saya kurang berkenan, tapi apa tidak sebaik nya nak Ardhan menikah saja sama Fatimah karna yang saya lihat nak Ardhan ini orang yang pantas untuk mendampingi Fatimah." Ucap Kiai Abdullah.

"Tidak apa-apa Kiai, sebenarnya saya sudah perna ingin berniat seperti itu, tapi sebelum saya menyampaikan niat saya Fatimah sudah menolak." Jawab Ardhan.

"Menolak gimana nak?" Tanya Kiai Abdullah bingung.

"Dia bilang tidak ingin terburu-buru dalam berumah tangga, karna mengingat kegagalannya yang pertama yang bisa di bilang membuat nya lebih berhati-hati dalam urusan berumah tangga, saya memaklumi itu karna setelah bercerai dia juga mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya" Ardhan.

"Oh jadi begitu." Kiai Abdullah.

"Iya Kiai, saya juga yakin kalau kita berjodoh pasti akan di persatu kan bagaimanapun caranya." Jawab Ardhan mantan.

"Ya tetap yakin lah pada rencana Allah, karna skenario Allah lebih indah dan lebih baik daripada skenario kita." Kiai Abdullah tersenyum mendengar keyakinan Ardhan.

Di lain tempat dan waktu yang sama
Selesai mengajar, Fatimah dan Fatma melanjut kan pulang sambil berjalan santai dan di selingi dengan obrolan ringan.

"Ukhti gimana ya kalau udah nikah nanti, aku kok jadi gugup ya?" Tanya Fatma dan berbicara dengan wajah yang binggung.

"Tidak usah di tanya, nanti juga akan bisa sendiri secara alami" Jawab Fatimah dengan santai nya.

"Ih kok jawab nya gitu sih, aku tu serius ukhti, aku tu gugup banget, aku ragu jangan-jangan aku belum siap lagi dan gimana kalau banyak tamu yang tidak datang, bagaimana kalau mas Abizar salah sebut nama, aduh bagaimana ini." Fatma berbicara sambil memegang kepala nya.

"Ini ni yang di sebut ketakutan yang berlebih. Udah tenang aja ya, aku yakin kamu pasti sanggup kok, soal gugup itu wajar karna hampir seluruh calon pengantin mengalami kegugupan, tapi ingat apa yang telah di gariskan oleh Allah itu pasti akan terjadi, kita hanya bisa berusaha dan meminta yang terbaik, apapun hasil nya nanti itulah yang terbaik dari Allah." Fatimah menenangkan Fatma dan terus mengelus punggung sahabat nya.

🌹🌹🌹

Makasih man teman udah mampir 😘

Sehat selalu all 😍😘
Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: