Rabu, 30 Juni 2021
Jodohku Milik Orang Bab. 23 Jodoh di tangan Allah
Sabtu, 26 Juni 2021
Jodohku Milik Orang Bab. 22 Rasa Syukur
Jodohku Milik Orang Bab.21 Pengenalan Tokoh
*Fatimah adalah seorang janda cantik dan wanita shalehah yang mempunyai prinsip tak ingin di madu dalam rumah tangga. Dia tidak menentang poligami, tapi dia tak ingin di poligami.
*Rafardhan Atahalla lelaki yang mengagumi Fatima, seorang pengusaha sukses dan taat dalam agama nya. Juga seorang duda yang di tinggal istri nya tuk slamanya sesaat setelah ijab qobul dilakukan. 
*Fatimah dan Fatma dua sahabat yang seiya dan sekata, mereka sudah bersahabat sejak berada di pondok pesantren.
*Fatma adalah istri yang shalehah sekaligus sahabat Fatimah yang selalu ceria dan selalu mengerti keadaan orang terdekat nya. Dia akan cuek kepada orang yang baru ia kenal, tapi kalau sudah kenal dan paham dia akan menjelma menjadi orang yang sangat penyayang dan teman yang baik.
*Abizar adalah lelaki yang insya Allah sukses dunia wal akhirat, selalu menghormati wanita terutama ibu dan istrinya. Selalu berusaha menjadi lelaki yang selalu ada untuk wanita nya.
*Fahril adalah lelaki yang shaleh dan pengertian. Sangat menyayangi keluarga, mencintai Fatimah tapi berusaha mengikhlaskan karna sudah ada wanita lain yang harus dia jaga perasaannya.
*Alif Zidan Ali, pria kecil yang mengemaskan, penurut, pintar dan sangat menyayangi kedua orang tua nya dan ibu sambung nya.
***
Kini Fatimah mulai menjalani rutinitasnya yang baru. Kembali menjadi mahasiswi dan mulai berkutat dengan kesibukan seorang mahasiswi.
Saat Fatima berada di depan kampus tiba-tiba ada yang memanggilnya.
“Fatimah!! Kamu Fatimah kan?!”
“Iya saya Fatimah, maaf kamu siapa ya?”
“Masak lupa sama aku, ini aku Lisna?! ”
“Lisna mana ya, aku lupa?”
Memang benar Fatimah tidak mengingat ataupun mengenali Lisna karna penampila Lisna yang dia kenal tidak seperti Lisna yang ada di hadapan nya sekarang. Lisna yang ada di hadapan nya sekarang berpakaian yang terlalu seksi tidak seperti Lisna yang Fatimah kenal dulu.
“Ya ampun Fatimah, aku Lisna yang sering kamu panggil bibi Kunti waktu masih di pesantren dulu!!” Jelas Lisna yang sedikit kesal pada Fatimah yang tidak mengenali nya lagi padahal dulu mereka cukup akrab.
Sesaat Fatimah terperangah sebelum dia kembali menguasai dirinya dari keterkejutan nya.
“Astagfirullah!! kamu Lisna si bibi Kunti, tapi kemana jilbab mu kenapa penampilan mu sekarang seperti ini, tidak malu ya aurat di umbar kayak gini.” Fatimah kaget sekaligus merasa tak percaya dengan apa yang di lihat nya sekarang
“Iya aku Lisna yang itu, udah ah nanyanya nanti aku ceritain, sekarang kamu mau kemana?”
Fatimah hanya menarik nafas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan menanggapi teman nya yang satu ini, memang dari dulu teman nya yang satu ini sering melakukan hal yang menurut nya benar tanpa memikirkan apa akibat yang akan di terima nya. Oleh karna itu juga Fatimah memanggil nya bibi kunti karna sering duduk di atas pohon sewaktu dulu.
“Aku mau ngampus di sini, mau melanjutkan kuliah ku yang sempat tertunda dulu.”
“Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak langsung saja di teruskan waktu dulu? ” Jiwa kepo Lisna meronta, karna rasa ingin tau dan rasa penasaran nya yang besar.
Fatimah tersenyum, ternyata teman nya ini masih tidak berubah jiwa kepo nya masih terus merajalela.
“Waktu itu aku harus mengurus suami dan anak ku... ” Belum selesai Fatimah menjelaskan, tapi sudah di potong oleh Lisna.
“Memangnya suami dan anak mu kemana sekarang sehingga kau bisa melanjutkan kuliah mu lagi?!” Tanya Lisna yang masih terus merasa penasaran sehingga membuat nya tak sabar ingin segera mengetahui sebab Fatimah memilih tuk kuliah lagi.
“Mangkanya dengarkan dulu baru bertanya, ini orang belum selesai menjelaskan sudah main potong aja.” Jawab Fatimah yang memasang wajah cemberut, dia sengaja berpura-pura merajuk tuk menjahili teman kepo nya yang sudah di tingkat dewa ini.
“Ya jangan ngambek dong, nanti aku mati penasaran dengan cerita mu, kalau aku mati penasaran nanti kamu orang pertama yang aku hantui hehehe.” Jawab Lisna asal sambil cengegesan.
“Ya Allah jiwa kopo dan jail mu masih terus membara ya, tidak perna surut dan mengalir terus kayak sungai Nil.”
*Sedikit informasi tentang sungai Nil*
~Sungai Nil (bahasa Arab: النيل, translit. an-nīl atau bahasa Mesir/Koptok iteru ), di Afrika, adalah satu dari dua sungai terpanjang di Bumi. Sungai Nil mengalir sepanjang 6.650 km atau 4.132 mil dan membelah tak kurang dari sembilan negara yaitu: Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, Rwanda, Burundi, Sudan, Sudan Selatan dan tentu saja Mesir. Karena sungai Nil mempunyai sama artinya dalam sejarah bangsa Mesir (terutama Mesir kuno) maka sungai Nil identik dengan Mesir.
*Sungai Nil di Mesir*
Sungai Nil mempunyai peranan sangat penting dalam peradaban, kehidupan dan sejarah bangsa Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu sumbangan dari sungai Nil adalah kemampuannya dalam menghasilkan tanah subur sebagai hasil sedimentasi di sepanjang daerah aliran sungai nya. Tanah yang subur ini memungkinkan penduduk Mesir mengembangkan pertanian dan peradaban sejak ribuan tahun yang lalu.~ Sumber Wikipedia.**
“Ya kali, aku di samain sama sungai.”
“Mangkanya dengerin dulu kalo aku udah selesai cerita baru bertanya, kalau kamu motong kayak tadi aku tidak ingin cerita lagi.”
“Siap ibu bos, ayo cepat cerita udah tidak sabar nih.”
Lalu Fatimah menceritakan semua kejadian secara garis besar nya saja, tanpa menceritakan penyebab perceraiannya dan kecelakaan yang menimpa nya.
“Oh jadi kamu nikah sama Fahril yang sok akrab pada semua orang itu ya, dan sekarang kamu udah cerai sama dia?!” Lisana manggut-manggut mendengar cerita Fatimah. “Terus sekarang anak kamu juga sama dia dan istri baru nya, memangnya kamu percaya kalau anak kamu di urus oleh istri dari mantan suami mu?”
“Iya aku percaya sama dia, karna dia telah mengurus anak ku selama aku koma dengan sangat baik, bahkan anak ku tidak terlalu sedih berkat kehadiran nya di samping anak ku.”
“What!!! Kamu perna mengalami koma memangnya kamu perna mengalami kecelakaan” Pekik Lisna karna terkejut dengan penuturan Fatimah.
“Aduh salah ngomong deh, balik lagi kan jiwa kepo nya” Fatimah membatin sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, karna sudah kelepasan bicara.
“Kenapa diam, ayo jawab pertanyaan ku, kamu tau kan aku orang nya kayak gimana kalau belum dapat jawaban!!”
Fatimah tahu betul bagaimana sifat teman nya itu, yang akan terus mengikutinya kalau belum dapat jawaban yang memuaska dari nya.
“Iya aku perna mengalami koma pasca kecelakaan yang aku alami, karna mengalami benturan di kepala ku yang sangat keras, aku koma selama tiga bulan dan selama itu pula anak ku di urus oleh Humaira. Aku tau perlakuan nya yang baik terhadap anak ku, karna aku mengenal bagaimana kepribadian nya dari pertemuan kami yang pertama kali dan kesan yang ku dapat saat bertemu secara langsung dengan nya.”
“Jadi kau telah mengenal nya sebelum dia menikah dengan suami mu?”
“Tidak, aku mengenal nya setelah kami bercerai, saat aku menitipkan Anak ku itu adalah pertemuan kami yang ke dua.”
“Oh ku kira, kalian sudah saling kenal sebelum nya, kalo seperti itu dia menikung, tapi kalian kenal setelah perceraian mu berarti dia bukan penikung.”
“Dia memang bukan penikung, tapi jodoh mas Fahril yang tertunda.” Pikir Fatimah dalam hati.
“Oh ya kamu sudah mendaftarkan diri di kampus ini kan? ”
“Iya” Jawab Fatimah sambil mengangguk.
“Berarti kita satu kampus dong dan kita bakal sama-sama ya kan?! ”
“Iya, asal jangan bawah pengaruh buruk aja buat aku.”
🌹🌹🌹
Gimana ya kelanjutan nya?
Fatimah kan sudah kuliah lagi, apa mungkin dia akan menemukan tambatan hati yang lain atau malah akan setia menunggu Ardhan?
Yuk pantengin terus cerita nya di novel “Jodohku Milik Orang”
Jodohku Milik Orang Bab. 20 Flashback
“Jadi kapan Novia menemui mbak, trus kapan mas Sultan melamar mbak dan kapan mbak bicara sama Kiai Abdullah?” Rentetan pertanyaan yang diucapkan dalam satu tarikan napas.
Sebelum menjawab pertanyaan Amel, Fatimah hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah Amel yang bertanya begitu banyak, tapi hanya dua lakukan dalam satu kali tarikan napas.
“Kamu itu ya, kalau bertanya satu-satu, terus apa tidak susah bicara dalam satu kali tarikan napas begitu.”
Amel hanya cengegesan mendengar ucapan Fatimah.
“Novia menemui mbak tiga hari setelah mas Sultan mengungkapkan keinginannya ke pada mbak, terus mas Sultan melamar mbak satu minggu yang lalu tapi mbak tolak dan baru kemaren sore mbak bicara sama Kiai Abdullah.
Semua pertanyaan mu sudah mbak jawab kan” Fatimah berbicara sembari memberikan senyuman tulus nya pada Amel “Terus kamu khawatir gitu sama mbak, takut nanti mbak jadi bulan-bulanan santriwati yang mendukung Novia gitu kan?! ”
Amel hanya manggut-manggut mendengar pertanyaan Fatimah.
Fatimah tersenyum melihat gelagat adik tingkat sekaligus murid nya itu yang terkadang terlalu berlebihan menanggapi suatu masalah.
“Kamu tidak perlu sekhawatir itu, selama kita yakin sama Allah mudah-mudahan tak akan ada kejadian yang merugikan tuk kita.”
“Iya mbak, Amel tahu tapi tetap saja Amel takut terjadi hal-hal yang tak di ingin kan, tapi kenapa mbak nolak mas Sultan terus mbak bicara apa sama Kiai Abdullah?! ” Rentetan pertanyaan yang tiada habis nya yang di pertanyakan Amel.
Fatimah menghela napas panjang karna mendengar pertanyaan Amel yang sudah diduga nya akan di tanyakan oleh Amel.
Fatimah tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Amel.
“Mbak nolak mas Sultan karna mbak sudah tau bahwa ada orang yang lebih pantas untuk nya dan mbak tidak ingin membuat orang itu merasakan apa yang pernah mbak rasakan” Fatimah menatap lurus ke depan dengan posisi duduk di sebelah Amel “Dan mbak juga bilang sama Kiai Abdullah supaya menjodohkan Novia dan mas Sultan. Karna mbak sudah berjanji pada Novia akan membicarakan ini pada Kiai.”
Fatimah mengingat pembicaraan nya dengan Novia yang cukup alot dan berakhir pada janji nya pada Novia yang akan membicarakan masalah menjodohkan nya dengan Sultan kepada Kiai Abdullah.
“Tapi mbak tidak kecewa? Mbak, memang Amel sedikit tidak setuju jika mbak sama mas Sultan lantaran Amel khawatir sama mbak, tapi apa mbak perna berpikir untuk kebahagiaan mbak sendiri jangan selalu memikirkan kebahagiaan orang lain mbak!”
“Mbak tidak kecewa, karna sebelum mbak nolak mas Sultan, mbak sudah shalat istikharah memohon petunjuk dari Allah, mbak yakin atas petunjuk dari-Nya dan bukan mbak tidak ingin bahagia, tapi kebahagiaan yang kamu maksud belum saatnya datang kepada mbak, suatu hari nanti kebahagiaan itu pasti akan muncul” Fatimah tersenyum dan menoleh kepada Amel yang berada di samping nya, meyakinkan pada Amel bahwa dia baik-baik saja.
“Iya mbak, Amel ngerti. Yang perlu mbak ingat adalah mbak masih punya Amel dan yang lain, yang menyayangi mbak di sini” Amel bicara sambil memeluk Fatimah sembari menyalurkan semagat nya melalui pelukan yang di berikan nya.
Fatimah membalas pelukan yang di berikan Amel, sembari tersenyum senang karna dia merasa masih banyak orang yang peduli akan diri nya.
*Flashback off*
***
Hari ini Fatimah kembali berpamitan kepada Kiai Abdullah beserta keluarga. Fatimah diantar Fatma dan Abizar ke bandara, tak lupa ocehan Fatma yang khawatir pada sahabat nya itu. Seolah Fatimah ini anak kecil yang ingin pergi bermain yang selalu diwanti-wanti mak nya sebelum pergi.
“Ukhti ingat ya nanti, kalau sudah sampai langsung kabari ana, jangan lupa shalat, ingat dengan larangan dari agama kita, berpegang teguh pada Qur'an dan hadits, jangan lupa makan, jangan sering keluyuran malam, dan.... ” Belum selesai Fatma bicara tapi sudah di potong oleh Abizar.
“Sayang kok nasihati nya kayak mak-mak yang bawel pada anak nya?!” Ledek Abizar pada sangat istri sambil tersenyum jahil.
“Ih mas, aku kan khwatir sama ukhti.”
“Iya ukhti, aku ngerti kok dengan kekhawatiran mu, trimakasih sudah perhatian, trimakasih sudah peduli, trimaksih sudah menjadi sahabat terbaik ku, dan terimakasih untuk segalanya.” Fatimah memeluk Fatma dan berusaha agar tidak menangis karena merasa terharu atas perhatian sahabat nya itu “ Dan aku juga janji tak akan keluyuran di malam hari kecuali saat ada urusan saja, kau tau kan ukhti seperti apa aku ini.” Fatimah merenggang kan pelukan nya dan menatap Fatma sembari tersenyum hangat kepada sahabat nya itu, berusaha menyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja.
“Iya aku yakin dan percaya pada mu ukhti, jaga diri dan langsung kabari kami kalau butuh bantuan, kami akan dengan senang hati membantu mu, iya kan sayang?!” Fatma menoleh ke pada Abizar meminta persetujuan sang suami.
Abizar tersenyum melihat sang istri yang meminta persetujuan nya.
“Iya Fatimah, kabari kami jika kau membutuhkan bantuan jangan sungkan, kami akan berusaha membantu mu semampu kami.”
“Iya mas, trimakasih kalian semua sudah peduli pada ku.”
“Ai ukhti kayak sama siapa saja, ngomong nya begitu, sudah sana masuk sebentar lagi pesawat nya take off, mau ketinggalan pesawat” Goda Fatma, yang dari tadi sangatlah khawatir dan sekarang berubah menjadi mengoda dengan ucapan nya.
“Hem iya ukhti, barusan tadi khawatir berlebihan dan sekarang malah ingin mengoda ku” Jawab Fatimah sembari tersenyum menanggapi ucapan sahabatnya itu “Ya sudah aku brangkat dulu ya ukhti, mas Abizar aku brangkat dulu, tolong jagain sahabat ku, semoga kalian segera mendapat kabar bahagia dan aku bisa cepat dapat keponakan.”
“Tenang saja Fatimah, doa kan saja supaya Allah bisa segera percaya kepada kami dan kami juga akan terus berusaha sembari terus berdoa kepada sang pemilik kehidupan.”
Fatimah tersenyum dan mengiyakan ucapan Abizar, sedangkan Fatma tersipu malu atas ucapan sang suami.
***
Kini Fatimah sudah berada di dalam pesawat, dia memandang awan dari jendela pesawat dan memfoto nya dan menulis sesuatu di foto.

Fatimah pun hanya terdiam sambil terus menatap ke awan yang perlahan bewarna jingga karna waktu yang sudah menunjukan waktu magrib. Fatimah pun melakukan tayamum dan menunaikan shalat magrib nya dengan khusyuk.
*Kenapa sudah magrib? Karna Fatimah sengaja mengambil penerbangan sore supaya bisa bicara sedikit lebih lama dengan sahabat nya.*
***
Kini Fatimah sudah berada di indekos yang sudah di pesan nya melalui online. Indekos yang di pesan Fatimah adalah indekos khusus wanita.
Indekos yang di pilih Fatimah di lengkapi kamar mandi, dapur yang langsung menyatu dengan ruang tamu dan satu buah kamar, kecil memang tapi bisa membuat Fatimah nyaman. Fatimah bisa saja tinggal di apartemen yang pernah di janjikan oleh orang tua angkatnya, tapi Fatimah merasa tidak enak jika terus bergantung pada mereka.
***
Kalimat bahwa "jodoh tak akan kemana" rupanya memang benar. Jodoh menjadi cerminan diri dan tidak akan jauh dari siapa kita saat ini.
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Artinya:
“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini juga dikuatkan dengan salah satu ayat dalam Alquran, yakni surat An Nur ayat 26.
اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.
Artinya:
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. (QS. An Nur:26)
Hadits tentang Jodoh, Sebuah Takdir yang Telah Digariskan Allah SWT.
Hadits Jodoh di Tangan Allah SWT
Sebagai bagian dari takdir Allah SWT, jodoh menjadi sebuah ketetapan yang telah ditulis bahkan 50.000 tahun sebelum manusia dilahirkan di bumi.
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya:
"Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)
Jodohku Milik Orang Bab. 19 Penolakan Fatimah
Tidak terasa sudah enam bulan Fatimah berada di pesantren dan beberapa hari lagi Fatimah akan pergi dari sana guna untuk melanjutkan studinya yang belum sempat ia selesaikan.
“Assalamu'alaikum Kiai” Fatimah.
“Wa'alaikumussalam Fatimah, mari masuk nak!” Kiai Abdullah mempersilakan Fatimah untuk masuk ke kediamannya.
“Iya Kiai.”
“Ada apa nak?”
“Saya mau pamitan Kiai, insyaallah besok saya akan brangkat, untuk melanjutkan studi saya yang belum sempat saya selesaikan di Jakarta.”
“Jadi besok kamu jadi berangkat nak?” Tanya Kiai Abdullah yang sudah mengetahui rencana Fatimah namun dia tidak tau kalau besok Fatimah akan berangkat. “Apa kamu sudah berpamitan dengan Fatma dan yang lain nya?”
“Kalau dengan yang lain nya saya sudah berpamitan, tapi dengan Fatma dan mas Sultan belum Kiai, rencana nya hari ini saya akan berpamitan.” Fatimah menjelaskan dengan lugas dan tersenyum ramah kepada Kiai Abdullah.
“Ya sebaik nya kamu berpamitan kepada mereka!” Perintah Kiai Abdullah kepada Fatimah.
“Iya Kiai.”
“Eh ada nak Fatimah, sudah lama nak?” Tanya Ummi yang baru datang dari dalam rumah.
“Iya ummi, Fatimah belum lama datang nya.”
“Oh ya Fatimah ummi boleh bertanya tidak?”
“Silahkan ummi, Fatimah akan menjawabnya jika Fatimah mampu tuk menjawab.” Fatimah menjawab dengan serius, tapi tetap dengan senyuman manis nya.
“Kamu kenapa nolak Sultan? Maaf kalau ummi lancang, tapi menurut ummi Sultan itu cocok untuk kamu.”
Fatimah terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan ummi.
“Maaf ummi, tapi Fatimah menolak mas Sultan karna Fatimah belum siap untuk memulai berumah tangga kembali, jujur saya masih sedikit trauma atas apa yang pernah menimpa saya.” Jelas Fatimah mantap sambil memandang ummi dengan tatapan senduh.
“Jangan lama-lama menjanda nak, tidak baik untuk kamu jangan sampai menimbulkan fitnah.” Ummi memberi wejangan kepada Fatimah, karna menurut nya sudah ada calon yang baik kenapa tidak disegerakan untuk menjalin niat yang baik dan menghindari fitnah, karna fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
**Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا قْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَ خْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَا لْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِ ۚ فَاِ نْ قٰتَلُوْكُمْ فَا قْتُلُوْهُمْ ۗ كَذٰلِكَ جَزَآءُ الْكٰفِرِيْنَ
waqtuluuhum haisu saqiftumuuhum wa akhrijuuhum min haisu akhrojuukum wal-fitnatu asyaddu minal-qotl, wa laa tuqootiluuhum 'ingdal-masjidil-haroomi hattaa yuqootiluukum fiih, fa ing qootaluukum faqtuluuhum, kazaalika jazaaa-ul-kaafiriin
"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191)
*Karna fitnah itu termasuk perbuatan musyrik yang dosa nya lebih besar dari pembunuhan.**
“Iya ummi, Fatimah paham dengan ke kawatiran yang ummi rasakan, tapi saya tidak ingin menjadi duri di dalam daging yang bisa menghancurkan segalanya. Dengan cara saya menerima pinangan mas Sultan.” Fatimah tertunduk lesu karna teringat dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, lebih tepatnya satu bulan yang lalu.
“Memang nya apa yang kamu kawatir kan Fatimah, apa karna masalah sebulan yang lalu?” Ummi menatap sendu kepada Fatimah. “Walaupun dengan adanya kejadian itu kalau sudah jodoh apa pun tak kan bisa menghalangi, yakinlah kepada Allah nak, mohon petunjuk kepada-Nya insyaallah, Allah akan membantu.” Ummi merasa prihatin kepada Fatimah, karna dari dulu dia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya, walau kadang keputusan nya membuat seseorang kecewa, tapi dia yakin semua itu akan membuat orang bahagia atas keputusan nya, dan terbukti sampai saat ini keputusan yang dia ambil selalu baik tuk orang yang bersangkutan.
Fatimah hanya menunduk, sebelum dia menjawab pertanyaan dari ummi yang serasa berat bagi nya tuk sekedar menjawab, padahal dia sudah tau jelas jawaban dari pertanyaan ummi, dia berusaha supaya tidak menyakiti perasaan ummi.
Fatimah menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan sebelum menjawab pertanyaan ummi.
“Fatimah sudah berserah diri dan memohon petunjuk ke pada Allah, dan Fatimah juga sudah melakukan shalat istikharah ummi. Allah mengirim kan pentunjuk Nya melalui mimpi saat Fatimah selesai melaksanakan shalat istikharah ummi, Fatimah yakin atas petunjuk itu karna menurut Fatimah itu lah yang terbaik tuk kami semua.” Fatimah berucap lembut berusaha menyakinkan ummi tanpa menyakiti perasaan ummi, dia juga selalu tersenyum manis di setiap tutur kata nya.
“Baik lah kalau itu adalah keputusan kamu, saya dan ummi akan tarima apalagi kamu sudah melakukan shalat istikharah memohon petunjuk pada-Nya.” Kali ini Kiai Abdullah angkat bicara setelah cukup lama menjadi pendengar setia, antara ummi dan Fatimah.
Fatimah menoleh dan mengucapkan terimakasih sambil tersenyum ramah kepada Kiai Abdullah dan Ummi.
“Terima kasih Kiai dan ummi yang telah mengerti akan keadaan saya.
🌹🌹🌹
Fatimah lalu kembali ke kamar asrama nya, setelah berpamitan kepada semua orang tanpa terkecuali, karna besok pagi dia sudah harus berangkat ke kota Jakarta guna melanjutkan studi nya yang sempat tertunda.
Fatimah termenung di dalam kamar, dia mulai teringat kembali akan kejadian sebulan yang lalu dan memutuskan tidak menerima pinangan Sultan.
*Flashback on*
“Assalamu'alaikum mbak.”
“Walaikumsalam Amel, sini masuk.” Ajak Fatimah kepada Amel.
“Iya mbak.”
“Ada apa Amel, tumben mau nemuin mbak di sini? Pasti ada yang sangat penting ya sehingga kamu kesini, biasa nya kan gitu.” Fatimah tersenyum karena mengingat jika Amel ke sini pasti ada hal yang penting saja, karna itu lah kebiasaan Amel, walau kadang datang hanya tuk bermain, tapi ya keseringan saat penting saja.
“Mbak tau aja kalau ada yang penting, ini menyangkut mas Sultan yang mau melamar mbak, tapi saya sarankan mbak tidak usah menerima nya.”
“Memang nya kenapa Amel, apa ada alasan lain sehingga kamu menyuruh mbak menolak, tidak mungkin kamu bicara seperti itu tanpa ada alasan yang benar.” Jawab Fatimah sembari tersenyum dalam menanggapi omongan Amel.
“Gini ya mbak sebenarnya ada orang yang dari dulu sampai saat ini yang mengharapkan bisa menikah sama mas Sultan, tapi dia tak berani dan hanya menyelipkan nama mas Sultan di dalam setiap do'a nya, aku takut dia akan berbuat hal-hal yang bodoh karna mendengar kabar bahwa mas Sultan mau mempersunting mbak Fatimah.” Jelas Amel panjang lebar denga mimik wajah serius.
“Oh jadi itu yang kamu kwatir kan” Fatimah pun tersenyum menanggapi perkataan Amel “Kamu tenang saja, teman mu itu tak kan berbuat hal-hal bodoh, karna mbak sudah menolak mas Sultan dan mbak juga sudah bertemu dengan teman mu yang kau maksud tadi.”
“Jadi mbak sudah tau siapa orang yang menyukai mas Sultan?!” Tanya Amel antusias.
Fatimah mengangguk dan tersenyum kepada Amel, yang dianggap nya sangat lucu saat sedang berbicara serius dan langsung di sambut dengan ekspresi kaget nya yang agak berlebihan menurut orang yang melihat nya.
“Yang benar mbak, mbak tidak bohong kan?!” Masih dengan ekspresi keterkejutan nya.
“Iya mbak serius, bahkan mbak juga sudah memberi tahu Kiai Abdullah tentang hal ini dan menyarankan pada Kiai supaya menjodohkan mas Sultan dan Novia, karna yang mbak lihat Novia itu orang nya pantas untuk berdampingan dengan mas Sultan.”
“Jadi kapan Novia menemui mbak, trus kapan mas Sultan melamar mbak dan kapan mbak bicara sama Kita Abdullah?” Rentetan pertanyaan yang diucapkan dalam satu tarikan napas.
Sebelum menjawab pertanyaan Amel, Fatimah hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah Amel yang bertanya begitu banyak, tapi hanya dia lakukan dalam satu kali tarikan napas.
“Kamu itu ya, kalau bertanya satu-satu, trus apa tidak susah bicara dalam satu kali tarikan napas begitu?”
Amel hanya cengegesan mendengar ucapan Fatimah.
***
Apa ya kira-kira jawaban Fatimah?
Terus ikuti kelanjutan cerita nya ya di “Jodohku Milik Orang”