Sabtu, 26 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 20 Flashback

“Jadi kapan Novia menemui mbak, trus kapan mas Sultan melamar mbak dan kapan mbak bicara sama Kiai Abdullah?” Rentetan pertanyaan yang diucapkan dalam satu tarikan napas.

Sebelum menjawab pertanyaan Amel, Fatimah hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah Amel yang bertanya begitu banyak, tapi hanya dua lakukan dalam satu kali tarikan napas.

“Kamu itu ya, kalau bertanya satu-satu, terus apa tidak susah bicara dalam satu kali tarikan napas begitu.”

Amel hanya cengegesan mendengar ucapan Fatimah.

“Novia menemui mbak tiga hari setelah mas Sultan mengungkapkan keinginannya ke pada mbak, terus mas Sultan melamar mbak satu minggu yang lalu tapi mbak tolak dan baru kemaren sore mbak bicara sama Kiai Abdullah.
Semua pertanyaan mu sudah mbak jawab kan” Fatimah berbicara sembari memberikan senyuman tulus nya pada Amel  “Terus kamu khawatir gitu sama mbak, takut nanti mbak jadi bulan-bulanan santriwati yang mendukung Novia gitu kan?! ”

Amel hanya manggut-manggut mendengar pertanyaan Fatimah.

Fatimah tersenyum melihat gelagat adik tingkat sekaligus murid nya itu yang terkadang terlalu berlebihan menanggapi suatu masalah.

“Kamu tidak perlu sekhawatir itu, selama kita yakin sama Allah mudah-mudahan tak akan ada kejadian yang merugikan tuk kita.”

“Iya mbak, Amel tahu tapi tetap saja Amel takut terjadi hal-hal yang tak di ingin kan, tapi kenapa mbak nolak mas Sultan terus mbak bicara apa sama Kiai Abdullah?! ” Rentetan pertanyaan yang tiada habis nya yang di pertanyakan Amel.

Fatimah menghela napas panjang karna mendengar pertanyaan Amel yang sudah diduga nya akan di tanyakan oleh Amel.

Fatimah tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Amel.

“Mbak nolak mas Sultan karna mbak sudah tau bahwa ada orang yang lebih pantas untuk nya dan mbak tidak ingin membuat orang itu merasakan apa yang pernah mbak rasakan” Fatimah menatap lurus ke depan dengan posisi duduk di sebelah Amel “Dan mbak juga bilang sama Kiai Abdullah supaya menjodohkan Novia dan mas Sultan. Karna mbak sudah berjanji pada Novia akan membicarakan ini pada Kiai.”

Fatimah mengingat pembicaraan nya dengan Novia yang cukup alot dan berakhir pada janji nya pada Novia yang akan membicarakan masalah menjodohkan nya dengan Sultan kepada Kiai Abdullah.

“Tapi mbak tidak kecewa? Mbak, memang Amel sedikit tidak setuju jika mbak sama mas Sultan lantaran Amel khawatir sama mbak, tapi apa mbak perna berpikir untuk kebahagiaan mbak sendiri jangan selalu memikirkan kebahagiaan orang lain mbak!”

“Mbak tidak kecewa, karna sebelum mbak nolak mas Sultan, mbak sudah shalat istikharah memohon petunjuk dari Allah, mbak yakin atas petunjuk dari-Nya dan bukan mbak tidak ingin bahagia, tapi kebahagiaan yang kamu maksud belum saatnya datang kepada mbak, suatu hari nanti kebahagiaan itu pasti akan muncul” Fatimah tersenyum dan menoleh kepada Amel yang berada di samping nya, meyakinkan pada Amel bahwa dia baik-baik saja.

“Iya mbak, Amel ngerti. Yang perlu mbak ingat adalah mbak masih punya Amel dan yang lain, yang menyayangi mbak di sini” Amel bicara sambil memeluk Fatimah sembari menyalurkan semagat nya melalui pelukan yang di berikan nya.

Fatimah membalas pelukan yang di berikan Amel, sembari tersenyum senang karna dia merasa masih banyak orang yang peduli akan diri nya.

*Flashback off*

***

Hari ini Fatimah kembali berpamitan kepada Kiai Abdullah beserta keluarga. Fatimah diantar Fatma dan Abizar ke bandara, tak lupa ocehan Fatma yang khawatir pada sahabat nya itu. Seolah Fatimah ini anak kecil yang ingin pergi bermain yang selalu diwanti-wanti mak nya sebelum pergi.

“Ukhti ingat ya nanti, kalau sudah sampai langsung kabari ana, jangan lupa shalat, ingat dengan larangan dari agama kita, berpegang teguh pada Qur'an dan hadits, jangan lupa makan, jangan sering keluyuran malam, dan.... ” Belum selesai Fatma bicara tapi sudah di potong oleh Abizar.

“Sayang kok nasihati nya kayak mak-mak yang bawel pada anak nya?!” Ledek Abizar pada sangat istri sambil tersenyum jahil.

“Ih mas, aku kan khwatir sama ukhti.”

“Iya ukhti, aku ngerti kok dengan kekhawatiran mu, trimakasih sudah perhatian, trimakasih sudah peduli, trimaksih sudah menjadi sahabat terbaik ku, dan terimakasih untuk segalanya.” Fatimah memeluk Fatma dan berusaha agar tidak menangis karena merasa terharu atas perhatian sahabat nya itu “ Dan aku juga janji tak akan keluyuran di malam hari kecuali saat ada urusan saja, kau tau kan ukhti seperti apa aku ini.” Fatimah merenggang kan pelukan nya dan menatap Fatma sembari tersenyum hangat kepada sahabat nya itu, berusaha menyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja.

“Iya aku yakin dan percaya pada mu ukhti, jaga diri dan langsung kabari kami kalau butuh bantuan, kami akan dengan senang hati membantu mu, iya kan sayang?!” Fatma menoleh ke pada Abizar meminta persetujuan sang suami.

Abizar tersenyum melihat sang istri yang meminta persetujuan nya.

“Iya Fatimah, kabari kami jika kau membutuhkan bantuan jangan sungkan, kami akan berusaha membantu mu semampu kami.”

“Iya mas, trimakasih kalian semua sudah peduli pada ku.”

“Ai ukhti kayak sama siapa saja, ngomong nya begitu, sudah sana masuk sebentar lagi pesawat nya take off, mau ketinggalan pesawat” Goda Fatma, yang dari tadi sangatlah khawatir dan sekarang berubah menjadi mengoda dengan ucapan nya.

“Hem iya ukhti, barusan tadi khawatir berlebihan dan sekarang malah ingin mengoda ku” Jawab Fatimah sembari tersenyum menanggapi ucapan sahabatnya itu  “Ya sudah aku brangkat dulu ya ukhti, mas Abizar aku brangkat dulu, tolong jagain sahabat ku, semoga kalian segera mendapat kabar bahagia dan aku bisa cepat dapat keponakan.”

“Tenang saja Fatimah, doa kan saja supaya Allah bisa segera percaya kepada kami dan kami juga akan terus berusaha sembari terus berdoa kepada sang pemilik kehidupan.”

Fatimah tersenyum dan mengiyakan ucapan Abizar, sedangkan Fatma tersipu malu atas ucapan sang suami.

***


Kini Fatimah sudah berada di dalam pesawat, dia memandang awan dari jendela pesawat dan memfoto nya dan menulis sesuatu di foto.

Fatimah pun hanya terdiam sambil terus menatap ke awan yang perlahan bewarna jingga karna waktu yang sudah menunjukan waktu magrib. Fatimah pun melakukan tayamum dan menunaikan shalat magrib nya dengan khusyuk.

*Kenapa sudah magrib? Karna Fatimah sengaja mengambil penerbangan sore supaya bisa bicara sedikit lebih lama dengan sahabat nya.*

***


Kini Fatimah sudah berada di indekos yang sudah di pesan nya melalui online. Indekos yang di pesan Fatimah adalah indekos khusus wanita.

Indekos yang di pilih Fatimah di lengkapi kamar mandi, dapur yang langsung menyatu dengan ruang tamu dan satu buah kamar, kecil memang tapi bisa membuat Fatimah nyaman. Fatimah bisa saja tinggal di apartemen yang pernah di janjikan oleh orang tua angkatnya, tapi Fatimah merasa tidak enak jika terus bergantung pada mereka.

***


Kalimat bahwa "jodoh tak akan kemana" rupanya memang benar. Jodoh menjadi cerminan diri dan tidak akan jauh dari siapa kita saat ini.


الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ


Artinya:


“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal ini juga dikuatkan dengan salah satu ayat dalam Alquran, yakni surat An Nur ayat 26.

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.


Artinya:

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. (QS. An Nur:26)


Hadits tentang Jodoh, Sebuah Takdir yang Telah Digariskan Allah SWT. 

Hadits Jodoh di Tangan Allah SWT

Sebagai bagian dari takdir Allah SWT, jodoh menjadi sebuah ketetapan yang telah ditulis bahkan 50.000 tahun sebelum manusia dilahirkan di bumi.


كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya:

"Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)


Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: