Senin, 24 Mei 2021

Jodohku Milik Orang Bab.5 Kenangan Masa Lalu


“Eh tidak Bu, tadi suara siapa yang mengaji Bu? Suara itu lah yang menuntun  ku kembali sadar.” Fatimah bertanya, karna rasa penasarannya. 

“Oh tadi itu suara nya nak Ardhan, anak nya pak Wijaya yang pernah kamu selamat kan sekitar, kurang lebih lima bulan lalu.” Jelas Ibu, yang menjawab rasa penasaran Fatimah. 

“Bagaimana, apa yang kamu rasakan sekarang nak?” Tanya pak Wijaya. 

“Allhamdulilah sudah lebih baik Pak.” Fatima menjawab dengan senyum ramah. 

“Alhamdulillah kalau sudah membaik, begini nak Bapak ingin mengutarakan niat Bapak, terhadap nak Fatimah.” Lalu Pak Wijaya mengutarakan niat nya terhadap Fatimah, dengan harapan Fatimah ingin menerima niat baik nya. 

“Saya akan setuju Pak, tuk jadi anak angkat Bapak dan Ibu, tapi jika orang tua saya setuju, dan terimakasih telah menanggung semua biaya pengobatan saya.” Fatimah merasa terharu ternyata masih ada orang baik, yang mau membiayai pengobatannya dan masih ingin menjalin itikad baik terhadap nya. 

“Ibu dan bapak setuju nak, kamu menjadi anak angkat Pak Wijaya.” Ucap Ibu. 

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
Setelah pulang dari rumah sakit, Fatimah tinggal di rumah Pak Wijaya sudah sekitar satu bulan,dengan alasan Pak Wijaya, supaya memudahkan Fatimah menjalani pengobatan dan terapi di rumah sakit.

“Nak hari ini kamu ke rumah sakit di temani Abang ya!”  Kata pak Wijaya memberitahu kan pada Fatimah. 

“Ya nak, Papa dan Mama ada urusan yang tak bisa di tunda lagi, tidak apa kan nak?” Kata mama Ratih menimpali. 

*Panggilan nya berubah ya man teman soal nya kan udah jadi anak angkat Wijaya dan Ratih๐Ÿ˜*

“Iya Ma, Pa tidak apa-apa, tapi apa Bang Ardhan tidak bekerja?”  Tanya Fatimah kepada kedua orang tua angkat nya. 

“Tidak, Abang mu lagi ambil cuti kerja tuk satu minggu ke depan.” Kawabata Mama Ratih. 

“Sebentar ya nak, Papa mau memanggil Abang mu dulu, tadi dia sudah Papa kasih tau tuk menemani kamu ke rumah sakit. ” Pak Wijaya berlalu meninggal kan Fatimah dan Mama Ratih. 

***
“Nak, nanti kamu jadi kan ngantar Fatimah? Oh ya gimana tawaran Papa? Apa kamu sudah membuka hati mu?  Berusaha lah tuk ihklas dan berusahalah tuk bisa berdamai dengan keadaan!” Pak Wijaya menatap sendu terhadap anak nya. 

Pak Wijaya berencana ingin menjodohkan Ardhan dan Fatimah, karna dia merasa cocok dengan masa lalu mereka, yang sama-sama di tinggal orang yang mereka sayangi walau pun  agak berbeda sedikit jalan ceritanya. 

“Iya Pa, nanti Ardhan akan bicarakan ini dulu dengan Fatimah, kalau dia setuju Ardhan akan melamar nya, tapi setelah Fatimah sembuh total baru Ardhan akan mengutarakan niat Ardhan.” Ardhan berusaha menjelaskan dan berusaha menerima keadaan, walau hati nya belum bisa menerima semua nya. 

“Ya sudah, sebaik nya kamu antar Fatimah, dia sudah menunggu di bawah.” Perinta pak Wijaya. 

***
“Fatimah di antar sama Abang tidak apa-apa kan?” Tanya Ardhan dan dia berusaha tenang, padahal hati nya deg degan setiap kali melihat Fatimah. 

“Kenapa dengan hati ku, setiap melihat Fatimah jantung ku berdebar dan hati ku selalu merasa, entah apa maksud semua ini, padahal di hati ku masih tersimpan satu nama.” Kata Ardhan di dalam hati. 

“Iya bang, tidak apa-apa.” Jawab Fatimah sopan dan tak lupa dengan senyum nya yang indah. 

“Kalau begitu, ayo kita berangkat.” Ajak Ardhan, sambil dia mendorong kursi roda Fatimah. 

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

Saat Fatimah melakukan terapi, Ardhan terus memperhatikan nya. Ardhan terus memperhatikan Fatimah dalam diam. Ardhan dan Fatimah tak banyak bicara, sampai lah di rumah mereka masih tak banyak bicara, mereka hanya bicara seperlunya saja.

Saat sampai di rumah Ardhan yang lebih dulu memecah keheningan di antara mereka, saat ini mereka lagi nonton TV di ruang keluarga.

“Fatimah maaf ya sebelum nya, kalau saya boleh tau kamu bisa bercerai sama suami kamu karna apa ya? Tapi kalau kamu tidak mau jawab juga tidak apa-apa maaf saya telah mengganggu privasi kamu!” Tanya Ardhan merasa bersalah karna telah bertanya tentang privasi Fatimah. 

“Tidak apa-apa kok Bang, saya berpisah dengan mas Fahril karna alasan sepele bagi sebagian orang, sebelum menikah saya sudah mengajukan tiga persyaratan  yang harus di penuhi nya, salah satu nya saya tidak ingin di madu, karna saya berharap seperti Siti Fatimah anak dari Rosulullah, yang sampai akhir hayat nya tidak pernah di madu oleh sang suami Ali bin Abu Thalib.”

“Tapi kenyataan yang saya terima berbeda, persyaratan yang telah di setujui berakhir begitu saja tanpa ada yang terpenuhi.” Fatimah menjelaskan sambil menatap lurus ke depan, akan ada rasa iba bagi siapa saja yang melihat nya. 

“Tapi kenapa kamu tidak menyalakan nya, jelas-jelas dia sudah melanggar janji nya terhadap mu? Maaf kalau pertanyaan ku tidak sopan atau lancang.” Ardhan merasa bahwa Fahril telah bersalah karna telah mengingkari janji yang telah di buat. 

“Tidak apa Bang, walau begitu saya tidak pernah menyalakan mas Fahril, dia juga melakukan ini karna ingin menghormati dan menghargai harga diri seorang wanita muslim, oleh karna itu saya ihklas melepaskan nya walau saya harus terluka, di hari terakhir saya bertemu dengan mas Fahril di saat itu lah saya berfikir dan saya harus merasa ihklas, walau saya harus meninggal hari itu, setidak nya saya tidak ada beban lagi karna saya sudah ihklas lahir, batin, dunia dan akhirat.”

“Sampai akhirnya kejadian itu pun terjadi, saya pikir saya sudah meninggal, tapi Allah berkata lain, Allhamdulilah saya masih di beri kesempatan oleh-Nya.” Fatimah berusaha supaya tidak menangis, jika mengingat suami nya bukan lagi suami nya, orang yang selama ini yang di kira jodoh nya ternyata bukan jodoh nya melain kan milik orang lain. 

“Orang yang selama ini ku kira jodohku ternyata bukan jodohku, ibarat kata aku ini sedang menjaga jodoh nya orang. Walau sudah berumah tangga tak berarti orang tersebut adalah jodoh ku, mungkin Humaira adalah jodoh yang tertunda tuk mas Fahril, tapi jodoh ku masih berada di mana aku pun juga tak tau.” Pikir Fatimah. 

“Apa mungkin orang yang kulihat dalam tidur panjang ku waktu itu? Tapi kenapa akhirnya dia juga meninggalkan ku. Dan saat orang yang satu lagi datang belum sempat aku melihat nya tapi aku sudah terbangun oleh lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan Bang Ardhan?!” Pikir Fatimah di dalam hati lagi. 

“Kenapa Fatimah diam apa tadi aku salah ngomong dan membuat dia bersedih? Tapi aku salut pada mu Fatimah, kau rela melepaskan orang yang kau cinta demi kehormatan seorang wanita, tapi apa maksudnya, karna ingin menghormati dan menghargai harga diri seorang wanita muslim?” Di dalam hati Ardhan bertanya-tanya tapi dia langsung mengajukan pertanyaan lagi ke Fatimah. 

“Tapi Fatimah, apa maksud kamu karna ingin menghormati dan menghargai harga diri seorang wanita muslim? Apa mungkin Fahril melakukan pelecehan terhadap wanita itu?” Tanya Ardhan yang tak bisa menahan rasa ingin tahu nya. 

Fatimah sadar akan lamunannya dan langsung tersenyum mendengar pertanyaan Ardhan yang menurut nya lucu, karna hal seperti itu tidak akan mungkin di lakukan oleh Fahril.

“Tidak seperti itu bang.” Akhirnya Fatimah menceritakan semua nya kepada Ardhan karna Fatimah tak ingin Ardhan berprasangka buruk terhadap orang lain tanpa mengetahui kebenarannya. 

“Oh begitu rupanya, maaf kan saya Fatimah karna sudah su'udzon terhadap Fahril, maaf juga karna saya sudah terlalu dalam bertanya tentang privasi kamu.” Ardhan meminta maaf karna merasa sudah salah berprasangka buruk terhadap mantan suami Fatimah. 

“Tidak apa-apa Bang, dangan saya menjelaskan begini Abang tidak kan berprasangka buruk lagi terhadap mas Fahril.” Jawab Fatimah sambil tersenyum dengan sangat manis sampai-sampai mengetarkan hati Ardhan. 

“MasyaAllah Fatimah senyum mu mengetarkan hati ku, insyaallah kau adalah jodoh ku jika Allah meridhoi.” Batin Ardhan berkata dan dia sambil tersenyum tulus kepada Fatimah. 

“Fatimah jika Allah mengirimkan jodoh lagi kepada mu, akan kah kau Terima atau kau tolak?”  Tanya Ardhan kepada Fatimah. 

“Saya tak kan menolak, jika Allah masih ingin memberikan ku jodoh lagi.” Fatimah menjawab sembari mengulas senyuman tulus nya. 

“Jika boleh berkata jujur, sejujurnya aku tak pernah merasa kan jatuh cinta kepada seorang laki-laki, tak ada laki-laki yang bisa mengetarkan hati ini, sampai saat ini, bahkan mas Fahril sekali pun.” Fatimah berkata di dalam hati dan merasa pilu akan kehidupan yang dia jalani, tapi dia bertekat harus tetap ihklas menghadapi semua yang sudah terjadi. 

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

Di dalam kamar, Ardhan duduk di tepi tempat tidur dan berbica sendiri sambil memandang dan mengelus poto almarhum istri nya.

“Sinta, sayang maaf kan aku jika suatu saat nanti ada yang mendampingi ku, aku tak akan melupakan mu, kau wanita pertama yang mengisi relung hati ku setelah ibu ku, kau wanita yang baik, kau wanita yang sholeha, aku mulai jatuh cinta kepada mu saat setelah mengucapkan ijab kabul, tapi sayang kebahagiaan yang kita ukir tak bertahan lama.”

“Allah jauh lebih menyayangimu, lebih dari diri ku menyayangi mu, kau menyanyangi ku dan memberikan ku syarat sebelum aku meminang mu, syarat mu yang tak ingin di madu dengan alasan bahwa diri mu orang yang pencemburu, yang tak ingin berbagi suami dengan siapa pun.”

“Di saat napas terakhir mu kau berkata bahwa kau mencintai ku dunia dan akhirat, tapi saat itu juga kau menyuruh ku mencari seorang yang bisa mengganti kan posisi mu. Tiga tahun berlalu sejak kepergianmu baru ku merasa, ku talah menemukan pengganti mu sayang.”

“Mohon kau ikhlas kan diri ku sayang, dia sama seperti diri mu, sama-sama tak ingin dimadu, tapi dengan alasan yang berbeda.
Aku merasa debaran yang sama, debaran yang sama seperti debaran cinta ku kepada mu sayang. Kau istri pertama ku dan dia insyaallah kan menjadi istri ke dua ku.”

“Tapi sekali lagi maaf kan aku sayang, jika nanti cinta ku pada nya lebih besar dari pada cintaku ke pada mu, karna ku yakin waktu yang akan ku jalani dengan nya akan berbeda dengan waktu yang ku jalani dengan mu sayang, karna kau meninggal kan ku tepat di saat cinta itu hadir, yang membuat ku takut tuk menambat kan hati ku kepada wanita lain, bahkan dengan Fatimah sekali pun.” 

“Aku takut, aku merasa dia juga kan pergi walau pun pada akhirnya dia masih kan tetap kembali pada ku, entah dari mana pemikiran itu, tapi pemikiran itu hadir begitu saja.” Kata Ardhan sambil terus mengusap bingkai poto almh sangat istri dengan deraian air mata. 

***

Apa Fatimah akan bersatu degan Ardhan atau dengan laki-laki yang masih menjadi misteri? 

Siapa laki-laki yang di maksud Fatimah di dalam lamunannya? 

Apakah Ardhan berhasil mengutarakan perasaan nya terhadap Fatimah? 

Nantikan kelanjutan nya di novel “Jodohku Milik Orang”.
Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: