Jumat, 18 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 16 Pernikahan Fatma Dan Abizar

Siang berganti malam, langit pun menunjukkan keindahan malam nya.

“Maaf kan aku ya Allah yang terkadang tak menyadari betapa besar kuasa-Mu, yang terkadang masih lalai dalam menjalankan kewajiban ku, maaf kan aku yang hanya manusia biasa ini yang tak pernah luput dari dosa. Malam semakin larut, begitu pun dengan diri ku yang semakin larut dalam kemelut hati yang tiada bisa ku akhiri, aku hanya bisa berbicara menenangkan bagi orang lain, tapi tak mampu menenangkan hati ku sendiri. Kadang ku bertanya di mana akhir jalan hidup ku, dimana harus ku berhenti walau hanya sejenak, di mana aku harus bersandar dari karam nya hati ini dan di mana hati ku kan berlabu.”

Fatimah masih bergelut dengan pemikirannya yang tak tentu arah yang selalu bisa membuat nya tanpa sadar meragukan kuasa-Nya.

“Ya Allah berilah kekuatan untuk diri ku, supaya kehidupan yang berat ini bisa terasa ringan untuk di jalani.” Fatimah berkata sambil mengusap wajah nya dengan kedua tangan nya. 

***


Hari pernikahan Fatma dan Abizar telah tiba, sekarang Fatimah sedang bersama Fatma di dalam kamar pengantin, acara pernikahan di adakan di pesantren Kiai Abdullah.

“Ukhti kau terlihat sangat cantik, aku berdoa kepada Sang Pemilik Cinta agar mencurah kan rahmat-Nya supaya rumah tangga mu menjadi sakinah, mawaddah, warohmah aamiin” Ucap Fatimah tulus sambil memandang pantulan bayangan nya bersama Fatma di dalam cermin. 

“Aamiin, semoga kau juga bisa secepatnya menemukan kebahagiaan mu ukhti” Ucap Fatma sambil terus memandang bayangan mereka di dalam cermin sambil tersenyum lembut kepada Fatimah. 

Fatimah hanya tersenyum menanggapi ucapan sahabat nya itu.

“Aku sangat ingin menemukan nya suatu saat nanti sahabat ku, tapi tak tau kapan aku hanya bisa berdoa dan memohon yang terbaik dari Allah (Fatimah tersenyum sambil berfikir bagaimana nasib nya kelak). 

Tok
Tok
Tok
Suara pintu di ketok

Serempak mereka menoleh ke asal suara, yang sudah berdiri sorang wanita paruh baya dengan setelan kebaya yang menyerupai gamis, ya dia adalah ummi nya Fatma. 

“Nak ayo temui suami mu, Abizar sudah selesai mengucapkan ijab, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri.” Ummi memeluk Fatma sambil mengusap punggung anak nya “Ummi bahagia sayang, kami sudah lepas tangung jawab terhadap mu sayang, sekarang kamu adalah tanggung jawab suami mu, jaga perasaan suami mu, hargai dia, jaga kehormatan suami mu sayang, ibu harap rumah tangga kalian akan menjadi Sakina, mawaddah, warohmah. Aamiin.” Ummi berkata dengan linangan air mata bahagia yang jatuh di pipi nya. 

“Insyaallah ummi, Fatma akan menjalankan semua nasehat dari ummi, karna ridho ummi adalah ridho dari Allah juga.” Fatma merenggang kan pelukan nya dan mengusap air mata di pipi ummi nya. 

Fatimah hanya tersenyum menyaksikan keharuan antara ibu dan anak ini. Karna dia juga pernah merasakan saat-saat seperti ini walau sekarang

“Ayo ummi, nanti suami nya lama menunngu istri nya yang sudah sangat terlihat cantik ini” Goda Fatimah terhadap ibu dan anak itu”

“Eh iya ya, ummi tadi ke sini mau jemput Fatma, ini lagi malah tangis-tangisan jadi lupa kan” Kekeh ummi sambil melempar senyum kepada Fatimah

***

Cincin pun telah di semat kan di jari manis Fatma, walau pun sempat ada drama kecil, Fatma merasa malu saat Abizar akan memegang tangan nya saat akan memasukan cincin ke jari manis Fatma. 

Acara pun berlanjut, saat ijab qobul wanita dan laki-laki di pisah, tapi saat ini adalah acara pemberian selamat untuk kedua mempelai dari pihak keluarga dan sahabat terdekat, satu persatu keluarga dan sahabat di panggil untuk mengucapkan selamat kepada ke dua mempelai, tiba saat nya MC memanggil Fahri karna dia sahabat dari Abizar, Fatima yang melihat hanya tersenyum getir karna Fahril naik ke atas panggung bersama Humaira dan Alif. 

“Selamat untuk sohib ku, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Dulu kau juga mengucapkan dan mendoakan ku seperti itu, tapi tak terjadi di pernikahan ku yang pertama, dan ku harap doa mu akan terjadi di pernikahan ku yang ini, aamiin.” Ucap nya sambil mengulas senyuman manis. 

“Ya Allah, Fahril kenapa kamu jadi curhat” Teriak salah satu teman nya yang ada di bawah panggung. 

“Eh iya ya maaf sob, kebawa perasaan, intinya tiada kata-kata lain, saya cuma berharap kalian kan tetap bersama sampai ke jannah nya Allah.”

“Ammiin” Teriak semua orang yang hadir

Mungkin bagi sebagian orang kata-kata Fahril tak berarti apa-apa, tapi bagi Fatimah kata-kata tersebut bagai sembilu yang menyayat hati. 

Tiba giliran Fatimah yang di panggil ke atas panggung, Fahril hanya menatap nya dengan tatapan sendu, karna sadar ataupun tanpa sadar ucapannya tadi pasti telah menyakiti hati Fatimah, dia menyesali ucapan nya tadi karna ucapan itu telah lolos dari mulut nya. 

“Maaf kan aku Fatimah karna tanpa sengaja aku telah menyakiti hati mu lagi.” Gumam nya yang hanya dia seorang yang mendengar nya. 

“Assalamu'alaikum, berdirinya saya di sini tidak untuk mengucapkan selamat, karna waktu di kamar rias saya sudah mengucapakan nya, bahkan jauh sebelum mereka akan menikah, karna kemana-mana mereka pergi saya yang menjadi pengawal nya.” Senyum merekah indah di wajah nya, sejenak dia melupakan kesedihan nya karna ini adalah hari bahagia sahabat nya. “Sudah sering saya memberi dan mengucapkan kata-kata selamat, sekarang giliran saya yang meminta pada mereka berdua.” Sambil mengedipkan sebelah mata nya kepada Fatma yang sedang merangkul tangan nya.

“Oh sekarang mulai hitung-hitungan sama aku ya ukhti.” Sambil memelototkan mata nya pada Fatimah. 

“Eh eh jangan melotot dulu wahai ukhti, yang aku minta kamu pasti suka.”

“Jadi apa yang kamu pinta ukhti?”

“Tidak banyak kok, aku cuma minta keponakan yang lucu-lucu, cantik dan ganteng, gimana apa kamu tidak mau ngasih aku keponakan?!” Fatimah berucap dengan wajah yang di buat-buat kayak orang lagi sedih. 

Semua orang yang hadir cuma senyum-senyum mendengar ucapan Fatimah, tak terkecuali Ardhan. 

“Ya Allah ukhti kukira kamu tadi mau minta apa, kalau itu sih aku juga mau, kamu boleh minta apa aja asal jangan minta suami ku aja.” Fatma berkata sambil memeluk tangan Abizar, dan yang menerima pelukan itu kaget sekaligus senang tak ketulungan. 

“Cie cie, tadi aja tidak mau di pegang tangan, lah sekarang malah meluk-meluk, tidak malu lagi buk.” Goda Fatimah yang berhasil membuat Fatma tersipu malu. 

“Apa sih ukhti, aku kan jadi malu.” Fatma langsung melepaskan tangan nya dari lengan Abizar. 

“Ya ukhti ku ternyata bisa malu juga, tidak apa-apa ukhti, kan mas Abizar sudah sah menjadi suami kamu, tapi kalau belum sah aku adalah salah satu orang yang memarahi kamu.” Goda Fatimah sambil memelotot kan mata nya. 

Mereka saling berpelukan, dan tanpa di suruh air mata Fatimah dan Fatma mengalir di pipi mulus mereka. 

“Ternyata kamu orang yang periang Fatimah, aku baru sadar dengan sifat mu yang seperti ini dan aku juga senang melihatmu begitu bahagia hari ini, walau ku tau kau menyimpan luka mu bersama dengan senyum mu.” Gumam Ardhan di dalam hati dan terus memperhatikan Fatimah dalam diam nya. 

Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: