Jumat, 18 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 18 Kegalauan Fatma

“Iya bang, abang juga hati-hati di negri orang, jangan lupakan shalat, jaga juga iman mu bang.” Tutur Fatimah dengan senyuman yang mengembang indah di wajah nya, siapa pun yang melihat nya akan terpesona. 
“Insyaallah abang akan ingat pesan kamu, semoga kamu berhasil dengan cita-cita yang kamu impikan dan semoga kamu sukses dunia wal akhirat, aamiin.” Ucap Ardhan tulus. 

“Aamiin, semoga abang juga sukses dunia wal akhirat.”

“Aamiin”


***


Kini tinggal la Fatimah di pesantren Kiai Abdullah, sedangkan Ardhan telah kembali pulang dan bahkan telah terbang ke luar negri untuk mengurus perusahaan  nya yang ada di sana.

Hari-hari di lalui Fatimah bersama para santriwati. Saat siang dia mengajar kan keterampilan menjahit, membuat pola, membuat beraneka macam keahlian di bidang nya yang lain. Dan saat malam tiba Fatimah akan mengajar kan Barzanji dan cara membaca Al-Quran yang benar.

Begitu lah rutinitas yang di jalani Fatimah ketika di pesantren, terkadang dia juga akan pergi ke pasar bersama para santriwati untuk membeli kebutuhan di pesantren. Seperti saat ini dia sedang berbelanja bersama dua orang santriwati.

“Mbak kita ke pasar hari ini mau beli apa aja mbak?” Tanya salah satu santri yang ikut bersama nya

“Kita mau membeli kebutuhan dapur untuk para santriwan dan santriwati.”

“Lumayan banyak juga ya mbak belanja kita hari ini, pantasan mbak ngajak santriwan.”

Fatimah hanya tersenyum menanggapi ucapan salah satu santriwati yang ikut bersamanya. 

Setelah berbelanja Fatimah bertemu salah satu pengajar di pesantren. 

“Assalamu'alaikum ukhti!”

“Waalaikumsalam ya akhi.”

“Butuh bantuan tidak?”

“Kalau ingin bantu silahkan akhi.”

“Iya mas kalau mau bantu, ya bantu aja tidak usah basa basi.” Jawab salah satu santriwati yang bersama Fatimah

“Eh kenapa bicara begitu, tidak boleh bicara seperti itu apa lagi kamu perempuan yang seharusnya bersikap lebih sopan dan bertutur lembut , ayo Amel minta maaf sama mas Sultan!” Perintah Fatimah kepada salah satu santriwati yang ikut bersama nya. 

“Hehehe maaf ya mas Sultan, Amel cuma bercanda kok.” Ucap Amel yang malu-malu dan menyesal terhadap perbuatan nya sendiri. 

*Gini ya man teman, kalo lagi ngajar di pesantren para santri akan menanggil ustdz atau ustadzah, tapi jika itu di luar jam pelajaran para santri akan memanggil mbak atau mas, karna kebanyakan tenaga pengajar yang mengajar adalah alumni pesantren Kiai Abdullah.

“Tidak apa-apa Fatimah, Amel memang begitu suka bercanda.” Sultan mencoba menjelaskan kepada Fatimah supaya dia tidak marah. “Dan untuk Amel saya sudah memaafkan jangan di ulangi lagi kalau ingin bercanda coba lihat situasi dulu oke!” Sultan juga berusaha mengingatkan Amel supaya tidak salah langkah dalam hal berbicara. 

“Iya mas, oh ya mas ada keperluan apa ke sini?” Tanya Amal kepada Sultan. 

“Hanya kebetulan lewat saja dan tak sengaja melihat kalian disini.”

“Oh...”

“Mari saya bantu.” Tawar Sultan kepada Fatimah dan yang lain nya. 

***


Saat ini Fatimah sudah berada di pesantren Kiai Abdullah.
Fatimah kembali ke asrama khusus guru setelah membantu di dapur pesantren.

“Akhir nya selesai juga, lebih baik menelpon Alif.” Fatimah bergumam tanpa ada yang mendengar nya. 

*Telpon tersambung

📲 “Assalamu'alaikum mbak”

📱“Waalaikumsalam Humairah, bagaimana kabar mu dan keluarga di sana?”

📲“Alhamdulillah  kami semua sehat mbak, keadaan mbak di sana bagaimana?”

📱“Alhamdulillah keadaan mbak juga sehat.”

📲“Syukur lah kalau begitu mbak.”

📱“Em...
Humairah, Alif ada di sana atau tidak, kenapa tidak kedengaran suara nya ya?”

📲“Oh Alif lagi keluar sama mas Fahril, baru saja keluar nya mbak.”

📱“Ya sudah kalau begitu, mbak titip salam aja buat Alif, kamu juga jangan terlalu capek, harus cukup istirahat ya!”

📲“Iya mbak nanti aku sampaikan salam dari mbak untuk Alif, makasih atas perhatian nya mbak”

📱“Iya sama-sama Humaira, mbak tutup dulu telpon nya assalamu'alaikum.”

📲“Waalaikumussalam mbak.”

*Telpon terputus

Di sisi lain di waktu yang bersamaan di rumah Abizar dan Fatma.
Mereka sudah pindah kerumah mereka sendiri yang tak jauh dari pesantren

“Sayang, mas boleh nanya tidak?” Abizar bertanya sambil duduk di sisi istri nya. 

“Mau nanya apa mas?” Fatma balik bertanya sambil menoleh kepada Abizar

“Fahril sama Fatimah kok bisa bercerai, padahal yang aku tau si Fahril kan sangat cinta sama Fatimah” Tanya Fahril yang penasaran sekaligus binggung kenapa bisa terjadi hal yang seperti itu. Memang perceraian adalah hal yang diperbolehkan dalam agama Islam,  tapi perceraian adalah perbuatan halal yang sangat di benci oleh Allah. 

“Awal nya mas Fahril menikahi wanita lain selagi dia bersama Fatimah.”

“Kok bisa, tapi rasa nya tidak mungkin Fahril melakukan itu tanpa alasan yang kuat, sedangkan dia tau dan tentu nya masih ingat dengan perjanjian nya bersama Fatimah?!” Abizar masih merasa binggung dengan kejadian antara Fatimah dan sahabat nya itu. 

Akhirnya Fatma menceritakan semua, dari awal kejadian sampai perpisahan sahabatnya itu, bahkan waktu Fatimah koma karna kecelakaan.

“Jadi Fatimah pernah kecelakaan Yang?”

“Iya waktu itu aku masih berada di luar negri, aku tau cerita itu pun sewaktu Fatimah kembali ke pesantren saat aku juga baru pulang dari Kairo.” Fatma bercerita dengan tatapan sendu mengingat musibah yang menimpa sahabat nya dan dia tidak ada di sana saat Fatimah membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat nya. 

“Sudah jangan sedih gitu dong, semua kejadian itu pasti ada hikmah nya, kita do'a kan saja yang terbaik tuk Fatimah, semoga dia segera mendapat kan kebahagiaan yang layak untuk diri nya.” Abizar mencoba menenangkan Fatma dengan menarik Fatma kedalam pelukan nya

“Hm...
Mas jangan sampai kejadian itu trjadi kepada kita ya mas, walau aku tak akan minta cerai kepada mu seandainya kau menikah lagi, tapi aku masih tidak kan sanggup seandainya aku kau madu.” Fatma terisak di dalam pelukan Abizar. O

“Hei kenapa kamu bicara seperti itu, insyaallah aku tak akan begitu” Abizar menarik tubuh Fatma dari dekapan nya dan menangkup pipi Fatma dengan kedua tangan nya dan mengusap air mata Fatma dengan jempol tangan nya

Fatma hanya menganggukkan tanda mengerti dengan ucapan Abizar. 

“Insyaallah aku berjanji tidak akan seperti itu dan tak kan sembarangan menyentuh wanita selain diri mu” Abizar berusaha meyakinkan Fatma bahwa dia akan lebih berhati-hati terhadap dengan yang namanya wanita

“Iya aku percaya sama kamu mas, ana uhibbuka ya zawji (aku mencintaimu suami ku)” Fatma kembali memeluk Abizar. 

“ana aydaan uhibbuka ya zawjati (aku juga mencintaimu istri ku.” Abizar membalas pelukan Fatma. 

***


Tiada kata yang indah untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta selain dengan kejujuran dan keiklasan. Rumah tangga memang harus ada rasa cinta selain itu kejujuran, kesetiaan, saling percaya dan rasa ikhlas juga harus ada. Jadi lah setegar karang walau di terjang ombak dan badai masih tetap berdiri tegak, jadilah tegar di hadapan orang walau hati terluka. Walau tak mampu seperti karang di tengah lautan, tapi harus tetap tunjukkan bahwa diri mu mampu, berserah diri pada Tuhan jangan  berserah diri pada orang yang belum tentu bisa mengerti kamu.

***

Terus staytune ya manteman semua, karna perjalan cinta Fatimah masih terus berlanjut. 


Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: