Jumat, 18 Juni 2021

Jodohku Milik Orang Bab. 17 Melanjutkan Hidup

“Ya ukhti ku ternyata bisa malu juga, tidak apa-apa ukhti, kan mas Abizar sudah sah menjadi suami kamu, tapi kalau belum sah aku adalah salah satu orang yang memarahi kamu.” Goda Fatimah sambil memelotot kan mata nya. 

Mereka saling berpelukan, dan tanpa di suruh air mata Fatimah dan Fatma mengalir di pipi mulus mereka. 

“Ternyata kamu orang yang periang Fatimah, aku baru sadar dengan sifat mu yang seperti ini dan aku juga senang melihatmu begitu bahagia hari ini, walau ku tau kau menyimpan luka mu bersama dengan senyum mu.” Gumam Ardhan di dalam hati dan terus memperhatikan Fatimah dalam diam nya. 

Setelah berpelukan dan tangis-tangisan, Fatimah turun dari atas panggung, saat turun dia berpapasan dengan Fahril dan Humairah. 

“Assalamu'alaikum mbak, apa kabar?” tanya Humairah sembari memeluk Fatimah yang langsung di balas oleh Fatimah. 

“Waalaikumsalam, alhamdulillah keadaan ku baik, kamu apa kabar Humairah?” Tanya Fatimah sembari merenggang kan pelukan nya pada Humairah. 

“Alhamdulillah kabar ku juga baik mbak.” Jawab Humairah yang kini saling berhadapan dengan Fatimah. 

“Oh ya sudah berapa bulan kandungan kamu, janin nya sehat kan?” Fatimah bertanya sambil tersenyum dengan sangat manis kepada Humairah. 

“Sudah 16 minggu mbak, alhamdulillah janin nya sehat mbak.” Humairah merasa senang melihat Fatimah yang sudah mulai menerima nya dan Humairah juga senang karna tak pernah sekalipun Fatimah menyinggung perasaannya, malahan Fatimah sangat menjaga perasaan nya walaupun dia tahu Fatimah memendam kesedihan nya di dalam hati dan pikiran. 

“Jaga kesehatan, asupan gizi di jaga, jangan kecapean, tidur juga harus teratur dan jangan lupa kontrol kandungan mu setiap bulan atau saat ada keluhan, jangan... ” Belum selesai Fatimah mewanti-wanti, Humairah sudah memotong ucapanya

“Mbak, mbak ternyata orang nya sangat pehatian ya, makasih mbak atas perhatian nya, Humairah pasti akan ingat dengan ucapan mbak.” Humairah kembali memeluk Fatimah dengan rasa sayang dan merasa sangat beruntung bisa mengenal Fatimah. “Terimakasih mbak, mbak telah hadir dalam hidup ku, telah mengisi nya dengan kasih sayang seorang saudara yang telah lama kurindukan sejak kematian kakak ku yang terdahulu, terimakasih mbak walau dengan sengaja ataupun tanpa sengaja ku telah menyakiti hati mu, tapi kau tetap memperhatikan dan menerima ku dengan sangat baik.” Humairah berkata lirih dan menahan tangis supaya air matanya tidak jatuh. 

Fatimah melerai pelukan nya “Jangan bicara begitu, mbak tidak mau lagi mendengar kamu bicara seperti itu, jangan mikir macam-macam tidak baik untuk mu dan dia yang ada di dalam sini.” Fatimah berkata sambil mengusap lembut perut Humairah. 

“Iya mbak maaf kan aku.”

“Tidak perlu selalu minta maaf, karna mbak sudah menganggap kamu sebagai adik mbak sendiri.” Fatimah berkata dengan tulus. 

*Jarak umur Fatimah dan Humairah berjarak dua tahun ya man teman, jadi wajar kalau Fatimah menganggap Humairah sebagai adik nya.

Humairah menatap lekat-lekat mata Fatimah, berusaha mencari kebohongan di dalam nya, tapi tak ia temukan yang dia rasa dan lihat hanya ketulusan dari seorang Fatimah.

Dari tadi Fahril hanya memperhatikan kedua wanita yang ada di hadapan nya itu, yang satu pernah sangat ia cintai dan yang satu nya mulai ia cintai. 

“Kau tak pernah berubah Fatimah, masih seperti dulu, mudah memaafkan seseorang walaupun kau harus terluka dengan pemberian maaf mu itu, kau selalu berusaha terlihat tegar, padahal dalam hati mu kau begitu rapuh, kudo'a kan supaya kau cepat dipertemukan dengan orang yang bisa membahagiakanmu kelak.” Gumam Fahril dalam hati dan terus memperhatikan ke dua wanita yang berdiri di hadapannya sambil mengendong Alif yang terlihat sudah mulai mengantuk. 

“Oh ya mbak, Alif pulang dengan kami saja ya, kan mbak juga masih repot di sini.” Pinta Humairah penuh harap, berharap Fatimah akan mengizinkan karna dia sangat menyayangi Alif seperti anak nya sendiri. 

“Baik lah, kalian bisa mengajak Alif pulang kalau kalian tidak keberatan.” Tutur Fatimah saat melihat
Humairah yang sangat berharap bisa mengajak Alif pulang bersama dengan nya. 

“Tentu saja kami tidak keberatan mbak, malahan kami sangat senang.” Senyum mereka indah di wajahnya karna telah di izinkan mengajak Alif pulang. 

“Nak pulang sama ayah dan ummi dulu ya, soalnya ammi masih ada pekerjaan di sini, Alif tidak boleh nakal harus nurut apa kata ayah dan ummi ya, Alif kan anak baik, anak yang soleh jadi harus nurut ya sayang.” Fatimah berjongkok untuk menyamakan tinggi nya dengan Alif yang sudah turun dari gendongan ayah nya.

“Iya ammi, tapi ammi ati-ati ya, anti angan lupa tepon Alif.”

“Iya sayang, nanti ammi pasti telpon Alif kok.” Fatimah berkata sembari mencium kedua pipi Alif dengan rasa sayang. 

“Mas, aku titip Alif ya” Fatimah berdiri dari hadapan Alif dan menujukan pandangan nya ke arah Fahril dan Humairah. “Humairah jangan sungkan untuk menasehati Alif kalau-kalau dia berbuat hal yang tidak sesuai dan tak sewajarnya untuk anak kecil seusia nya.” Fatimah berkata sambil terus tersenyum tulus di hadapan mereka. 

Ardhan yang sedari tadi memperhatikan dari jauh pun akhirnya mendekati mereka tanpa mereka sadari bahwa Ardhan sudah berada di samping Fatimah. 

“Assalamu'alaikum, wah seperti nya seru sekali nih, sampai-sampai saya yang berdiri di sini di anggurin.” Ucap Ardhan yang berpura-pura merajuk. 

“Waalaikumsalam” Jawab mereka bersamaan. 

“Maaf bang, Fatimah tak menyadari kedatangan abang, karna lagi ngobrol bersama Humairah.” Tutur Fatimah yang sedikit merasa bersalah kepada Ardhan. 

“Tidak apa-apa Fatimah, abang cuma bercanda kok, jangan merasa tidak enak gitu dong.”

“Em iya bang.” Saut Fatimah sambil tertunduk. 

***
Sudah dua hari berlalu dari pernikahan Fatma dan Abizar, Fahril dan yang lain nya pun sudah pulang semua kecuali Fatimah dan Ardhan karna mereka masih bantu-bantu di pesantren Kiai Abdullah. 

“Hari ini abang akan pulang, kalo Fatimah bagaimana, apa mau pulang bersama abang?!” Tanya Ardhan yang melihat Fatimah yang duduk di sebrang nya

Mereka sekarang berada di rumah Kiai Abdullah, karna baru selesai bantu beres-beres. 

“Tidak bang, soal nya selama enam bulan ke depan Fatimah akan barada di sini, setelah itu Fatimah berencana melanjutkan kuliah Fatimah yang masih tertunda.” Jawab Fatimah panjang lebar

“Oh...” Ardhan mengantung ucapanya sebelum dia melanjutkan nya “Oh ya Fatimah, Insyaallah besok lusa abang akan pergi ke luar negeri soal brapa lama abang tidak tau pasti, kamu di sini hati-hati ya, jaga diri, jaga kesehatan dan jaga iman.” Ardhan berkata mantap saat mengingat kan Fatimah akan segala hal dan sebenarnya dia ingin mengucapkan untuk jaga hati tapi tak bisa di ucapannya, kata-kata itu seperti nyangkut di tenggorokan nya susah untuk di ucap kan. 

“Iya bang, abang juga hati-hati di negri orang, jangan lupakan shalat, jaga juga iman mu bang.” Tutur Fatimah dengan senyuman yang mengembang indah di wajah nya, siapa pun yang melihat nya akan terpesona

“Insyaallah abang akan ingat pesan kamu, semoga kamu berhasil dengan cita-cita yang kamu impikan dan semoga kamu sukses dunia wal akhirat, aamiin.” Ucap Ardhan tulus. 

“Aamiin, semoga abang juga sukses dunia wal akhirat.”

“Aamiin”

***
Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: