Jumat, 28 Mei 2021

Jodohku Milik Oleh Bab.9 Kabar Bahagia

Di sepertiga malam, Fatimah terbangun dan melakukan shalat malam. 

Setelah menjalankan shalat malam Fatimah berdo'a pada sang pemilik kehidupan. 

“Ya Allah kirim kan lah hamba jodoh yang terbaik tuk hamba, jika jauh makan dekat kan lah, jika dekat maka persatukan lah, ampun kan lah dosa-dosa hamba baik yang besar ataupun yang kecil, baik di sengaja atau tak di sengaja.” 

“Jaga lah iman hamba supaya selalu berserah diri hanya ke pada mu, jadi kan lah hamba seorang ibu, seorang anak dan seorang wanita yang belajar tuk selalu bersabar dalam menjalani kehidupan ini dan jadikan hamba seorang ibu, seorang anak dan seorang wanita yang belajar tuk selalu Istiqomah berada di jalan yang Engkau ridhoi. Aamiin. 

Setelah itu Fatimah membaca Al-Quran sembari menunggu waktu subuh. 

***
“Assalamu'alaikum, bang Ardhan.” Fatimah bingung karena melihat Ardhan sudah rapi beserta tas ransel yang di bawah nya kemarin.

“Waalaikumsalam.” Jawab mereka serempak saat melihat Fatimah. 

Karena saat ini Fatimah datang ke rumah Kiai Abdullah. 

“Bang Ardhan mau pulang?” Tanya Fatimah. 

“Iya abang mau pulang dulu, InsyaAllah dua minggu lagi abang akan datang lagi.” Ucap Ardhan memberi tahu. 

“Mau pulang sekarang bang?
Ayo Fatimah antar sampai gerbang!
Ukhti ayo temenin aku ke depan.” Fatimah mengajak Fatma karna dia tidak ingin timbul fitnah di antara mereka dari para pengajar dan para santri. 

“Na'am ukhti” Jawab Fatma. 

***
“Sudah sampai di sini saja syukran Fatimah dan Fatma sudah mengantarkan abang sampai ke pintu gerbang.” Ucap Ardhan. 

“Afwan bang.” Jawab mereka bersamaan. 

“Fii amanillah (semoga engkau dalam lindungan Allah)” Ucap Fatimah. 

“Ma'assalamah (semoga keselamatan menyertaimu).” Ucap Ardhan sembari tersenyum tulus kepada Fatimah. 

Setelah kepergian Ardhan Fatimah dan Fatma kembali ke dalam pesantren, Fatma mengajak Fatimah ke halaman belakang rumah nya.

“Ayo kita ke halaman belakang rumah ku, aku mau cerita sama kamu.” Fatma menarik tangan Fatimah supaya mengikuti nya. 

“Mau cerita apa ukhti?” Tanya Fatimah. 

“تعال من فضلك أجلس أختي ”
“(Ayo silahkan duduk saudari ku).” Ucap Fatma. 

“ شكرا سأجلس”
“(terimakasih aku akan duduk).” Jawab Fatimah. 

“Gimana kehidupan yang mau ukhti jalani nanti?” Tanya Fatma pada Fatimah. 

“Aku tak tau, Wallahu a'lam' ('Allah-lah yang Maha Tahu'), tapi yang pasti aku akan mengikuti jalan yang di tunjukan Allah.” Jawab Fatimah. 

“Oh ya ukhti sebentar lagi aku akan menikah, aku sudah di khitbah oleh seorang laki-laki yang insyaallah shaleh.” Ujar Fatma. 

“Alhamdulillah, mabruk 'ukhti (selamat ya saudari ku).” Fatimah memeluk Fatma karna turut merasakan kebahagiaan nya. 

“Syukran ukhti.” Fatma membalas pelukan Fatimah. 

“Smoga slalu di ridhoi Allah, InsyaAllah tidak seperti diri ku, yang berawal dari perjodohan juga dan berakhir dengan perceraian, jangan sampai ukhti mengalami nya, memang bercerai tak di larang, tapi perceraian sangat di benci oleh Allah, walaupun aku mengetahuinya tetap saja tak bisa ku hindari.” Fatimah berkata dengan lirih karna mengingat kejadian yang telah menjadi masa lalu hidup nya. 

“InsyaAllah, sudah ah jangan sedih-sedih lagi ya, InsyaAllah ini jalan terbaik dari Allah, aamiin.” Fatma berusaha menenangkan hati Fatimah yang pernah terluka. 

“Aamiin.” Fatimah. 

“Oh ya kapan pernikahan mu dan siapa lelaki yang telah berani meminta mu dari Kiai.” Goda Fatimah sambil tersenyum. 

Fatma hanya tersenyum malu, walau malu malu, tapi tetap Fatma bercerita pada Fatimah, Fatma membagi kebahagiaan nya bersama Fatimah. Dia berharap Fatimah tidak kan berlarut-larut atas kesedihan nya dan akan sedikit terhibur atas kebahagiaan nya.

“Laki-laki itu ukhti sudah kenal kok, kita sama-sama saling kenal dan berteman cukup baik sewaktu masih jadi santri di sini.” Fatma berkata malu-malu. 

“Aku juga kenal? Siapa, apa jangan-jangan laki-laki yang selalu bersama mas Fahri tempo dulu?!” Fatimah terkejut sekaligus senang, karna dia yakin Fatma akan bahagia bersama sahabat mantan suami nya itu. 

“Iya dia sahabat mas Fahril, yang dulu sangat terkenal akan kelembutannya, tapi tetap akan bersikap tegas dalam hal menjauhi wanita yang terang-terangan menginginkan nya.” Fatma sangat bangga dengan sikap calonnya yang sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang wanita. 


"مرة أخرى مبروك يا أخي ، أنا سعيد أيضا ، أخيرًا تزوجك رجل"
“(sekali lagi selamat ya ukhti,aku turut bahagia, akhirnya ada lelaki yang mempersunting mu).” Fatimah sangat bahagia mendengar kabar dari sahabatnya itu. 

“نعم ، أبيدزار محظوظ جدًا لكوني زوجته”
“(ya, Abizar sangat beruntung mendapat kan aku sebagai istrinya).” Fatma menjawab sambil mengulas senyum bahagia. 

"ما هي خطط زفافك يا أوختي"
“(Kapan rencana pernikahan mu ya ukhti).”

"InsyaAllah الشهر المقبل"
“(InsyaAllah, bulan depan).” Jawab Fatma malu-malu. 

"أتمنى أن تسير الأمور على ما يرام حتى يومنا هذا"
“(semoga lancar sampai hari h).” Ucap Fatimah sambil mengenggam tangan Fatma dan tersenyum tulus. 

“ امين ” (Aamiin).” Jawab Fatma. 

***
Fatimah kembali sendirian di dalam kamar, dia merenungkan hal menurut nya mustahil, tapi kalau Allah berkehendak maka akan terjadi juga. 

“Apa benar hal yang ku lihat waktu koma akan terjadi, kalau memang terjadi dalam waktu dekat ini bang Ardhan akan pergi ke luar negri, tapi kenapa jalan yang harus aku pilih tidak terlihat, aku cuma bisa melihat jalan untuk orang-orang terdekat ku saja, sudahlah lebih baik aku istirahat dulu memikirkan ini semua membuat ku pusing.” Gumam Fatimah. 

Saat petang menjelang, sinar jingga mulai menghiasi langit, biru langit telah berganti dengan keindahan yang tiada tara yang di hadirkan oleh Sang Pencipta.

Setelah shalat magrib berjamaah di musola khusus santriwati, Fatimah melanjutkan dengan kegiatan membaca Barzanji bersama santriwati.

***
Fatimah merebahkan tubuh nya di atas tempat tidur, tiba-tiba terdengar suara handphone nya berdering. 

*Nada dering*
Roqqot 'aina ya syawqon
Wa li thoybata tarofat isyqon
Fa ataytu illa habibi
Fahda ya qolbun warifqon
Sholli 'ala Muhammad *

“Siapa yang menelpon ku?” Fatimah bertanya pada diri nya sendiri. 

“Oh ternyata ibu yang menelpon ku.” Lalu Fatimah menggeser icon hijau di layar HP nya. 

📱“Assalamu'alaikum Bu, ada apa bu?” Fatimah. 

📲 “Waalaikumsalam nak, ibu kangen sama kamu nak, kapan kau pulang ke sini sayang?”  Ibu. 

📱“Fatimah juga kangen sama Ibu, InsyaAllah lusa Fatimah pulang ke sana Bu.” Fatimah. 

📲 “Kau apa kabar sayang?” Ibu. 

📱“Alhamdulillah baik Bu, Ibu gimana kabarnya dan semua keluarga di sana?”

📲 “Alhamdulillah semua yang ada di sini sehat semua, oh iya jangan lupa jaga diri, jaga kesehatan dan jangan sampai telat makan, Ibu tidak mau kamu jadi sakit dan jangan lupa jika ada masalah berserah diri lah kepada Allah sang pemilik kehidupan.” Ibu. 

📱“Iya Ibu ku tersayang.” Fatimah tersenyum mendengar perhatian Ibu nya masih sama seperti dulu tak pernah berubah sampai saat ini. 

📲 “Sudah dulu ya nak, Ibu hanya ingin tau kabar mu dan mengingatkan mu tuk jaga kesehatan dan jangan pernah lalai dalam hal agama.” Ibu. 

📲 “Assalamu'alaikum, cepatlah istirahat ya sayang.” Ibu. 

📱“Waalaikumsalam, iya Ibu ku sayang" Fatimah dan Ibu nya mengakhiri sambungan telepon nya. 


Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: