Rabu, 26 Mei 2021

Jodohku Milik Orang Bab.7 Tak Mampu


“Ammi jangan sakit lagi ya, Alif sedih ngeliat Ammi ngak bangun-bangun, waktu Alif bangunin pun Ammi masih ngak bangun hiks hiks, Ammi buat Alif takut hiks hiks, Alif sayang kok sama Ammi walau pun udah ada Ummi hiks hiks, tapi Alif masih kan tetap sayang sama Ammi hiks hiks,  Ammi jangan tidur panjang lagi ya hiks hiks.” Alif berkata sambil terus sesegukan karna menangis. [Alif sekarang udah lancar ya bicara]

Orang-orang yang melihat Fatimah dan Alif pun ikut merasakan kesedihan juga. 

“Alif sayang jangan nangis ya nak, Ammi gak tidur panjang lagi kok, Ammi sayang sama Alif, sayang banget jadi Alif jangan nangis lagi ya.” (Aku harus membujuk Alif, jangan sampai air mata ini tumpah lagi, aku  tak ingin membuat anak ku bersedih). Fatimah berkata di dalam hati sembari membujuk Alif. 

“Iya Ammi, Alif ngak akan nangis lagi.” 
Alif berkata sembari mencium kedua pipi Fatimah. “Alif sayang Ammi.” Alif memeluk Fatimah dengan rasa sayang dan bahagia. 

Fatimah yang merasakan kasih sayang Alif kepadanya, sangat bahagia, terharu, bangga menjadi satu. Fatimah tak pernah menyangka kalau anak nya kini sudah bisa mengungkapkan rasa sayang nya pada diri nya. 

“Ya sayang Ammi juga sayang Alif.” Fatimah membalas pelukan Alif dengan rasa yang tak bisa di lukis kan. 

“Sudah jangan sedih-sedih lagi, nih om bawain mainan mobil-mobilan dan robot-robotan, Alif suka ngak!? Kata Ardhan mencair kan suasana yang sedang harus biru.

“Wah mobil sama robot nya bagus banget om, Alif suka.” Dengan antusias Alif menerima mainan dari Ardhan. 

“Alif bilang apa sayang sama om nya.” Ucap Fahril mengingat kan Alif. 

“Makasih om.” Ucap Alif dangan suara girang. 

“Iya sama-sama, om senang Alif suka sama mainan yang om kasih.” Ucap Ardhan sambil mengusap kepala Alif lembut dengan penuh kasih sayang. 

“Alif main sama om dulu ya nak, Ammi mau bicara sebentar sama Ayah dan Ummi.” Kata Fatimah sambil membelai pipi Alif dengan lembut. 

“Iya Ammi.” Jawab Alif sambil terus tersenyum. 

“Bang tolong ajak Alif main bentar ya.” Ucap Fatimah pada Ardhan. 

Ardhan hanya menjawab dengan anggukkan dan seulas senyuman yang menawan ke arah Fatimah. 

“Ayo Alif main nya sama om dulu.” Ajak Ardhan. 

“Ok om yang baik.” Jawab Alif dengan langsung memegang mainannya. 

***
“Mas, Humaira maaf sebelumnya masih akan merepotkan kalian tuk menjaga Alif, soal nya saya mau pergi ke pesantren tempat saya sekolah dulu.” Kata Fatimah memulai pembicaraan. 

“Kalau boleh tau, kakak kenapa ingin ke sana?” Tanya Humaira penasaran. 

“Saya ingin memperbaiki diri sekaligus ingin menenangkan jiwa saya atas semua masalah yang terjadi akhir akhir ini, maaf kalau kira nya ini merepotkan Humaira.” Fatimah berkata dengan lirih, walau dia terlihat tidak apa-apa tapi hati nya tetap lah rapuh. 

“Ya tidak apa-apa kak, saya tidak keberatan.” Ucap Humaira tulus. 

“Terimakasih Humaira.” Jawab Fatimah sambil tersenyum. 

“Mbak saya juga ingin minta maaf, maaf telah membuat mbak bercerai sama mas Fahri, maaf saya telah menjadi duri dalam hubungan harmonis kalian, maaf atas segala kesalahan ku, maaf maaf maaf.” Humaira berkata dengan berurai air mata, sambil mengenggam tangan Fatimah. 

“Sudah lah, jangan menangis lagi mbak ikhlas kok, asal kalian bisa bahagia mbak ihklas dunia dan akhirat, mbak tidak pernah menyalakan mas Fahril maupun Humaira, ini sudah takdir dalam hidup kita.” Fatimah juga menangis saat mendengar Humaira berkata seperti itu. 

“Sejujurnya aku sudah mengikhlaskan hubungan kalian, sejak pertama mas Fahril bilang pada ku tentang kejadian itu, aku yang telah membuat syarat jadi aku juga harus bertanggung jawab atas kata-kata ku.” Kata Fatimah di dalam hati, sambil tersenyum tulus kepada Fahril dan Humaira. 

“Kamu layak tuk bahagia Fatimah, seperti nya Ardhan laki-laki yang baik.” Ucap Fahril. 

“Aku belum terpikir tuk menikah lagi mas, biar lah Allah yang menentukan takdir ku, aku kan terima apa pun yang di takdirkan Allah tuk diri ku.” Fatimah menjawab sambil tertunduk karna merasa belum siap tuk menikah lagi karna tanpa ia sadari dia merasa trauma terhadap pernikahan. 

“Kapan rencana mbak mau ke pesantren?” Tanya Humairayang berusaha mengalihkan pembicaraan, karna yang dia lihat Fatimah merasa tidak nyaman degan pembicaraan itu. 

“InsyaAllah hari jumat ini, mbak akan berangkat, tapi mbak akan pulang setiap akhir pekan, karna mbak akan meluangkan waktu tuk Alif.” Fatimah tersenyum dengan tulus dan masih mengenggam tangan Humaira. 

“Berarti dua hari lagi ya mbak, keluarga dan keluarga angkat mbak apa sudah tau dengan rencana mbak ini?”  Tanya Humaira. 

“Mereka semua sudah tau dan mereka juga sudah mengizinkan.” Ucap Fatimah. 

🌹🌹🌹
“Hati-hati ya mbak.” Humaira

“Iya terimakasih ya mas, Humaira.” Jawab "Fatimah.

“Alif sayang, Ammi pulang dulu ya, Alif jangan nakal, harus nurut apa kata Ummi.”  Fatimah mengusap dan mencium kening Alif sambil berjongkok di depan Alif. 

“Iya Ammi, Alif akan jadi anak yang baik.” Kata Alif dan langsung memeluk Fatimah. 

***

“Fatimah saya boleh nanya ngak?” Tanya Ardhan. 

“Ingin tanya apa bang?” Jawab Fatimah. 

“Kamu ada gak, niat ingin nikah lagi?” Tanya Ardhan. 

“Semuanya sudah saya serahkan pada Allah bang, kalau di tanya ingin menikah lagi, ya memang saya masih ingin, tapi kembali lagi saya cuma bisa berencana tapi Allah yang menentukan.” Jawab Fatimah bijak. 

“Saya tau bang arah dan tujuan pembicaraan mu, tapi aku ragu bang pada diri ku sendiri, aku takut kegagalan ku yang pertama akan menjadi kekurangan ku, dan syarat-syarat yang akan ku berikan takut nya kau tak mampu menjalankan nya.” Pikir Fatimah yang sudah tau arah pembicaraan dari Ardhan. 

“Fatimah kok kamu jadi bengong.” Ardhan melambai-lambai kan tangan nya di depan wajah Fatimah. 

“Em ngak kok bang, maaf bang tuk saat ini saya ingin sendiri dulu, saya tak ingin buru-buru, saya masih belum siap bang.” Fatimah buru-buru ingin menyelesaikan pembicaraan yang menyangkut pernikahan. 

“Oh ya kenapa abang bertanya seperti ini?” Tanya Fatimah pura-pura tidak tau padahal dia sudah tau arah pembicaraan Ardhan. 

“Tidak, cuma nanya aja, oh ya cara bicara kamu jangan terlalu formal, biasa aja gitu biar lebih akrab.” Ardhan berusaha mengalikan pembicaraan, karna dia tau Fatimah tidak nyaman dengan pembicaraan ini. 

“Aku tau kamu berusaha mengelak dari pembicaraan ini, tapi aku kan tetap bertahan dan berusaha tuk mendapat kan diri mu dan tetap dengan cara yang halus, aku yakin Kalau kita jodoh Allah pasti mempersatukan kita degan cara-Nya.” Kata Ardhan di dalam hati. 

“Iya bang akan saya eh a-aku usaha kan.” Ucap Fatimah terbata karna masih merasa canggung. 

“Nah gitu dong.” Ardhan menjawab sembari tersenyum. 

“Mau mampir ke mana nih atau mau langsung pulang?” Ucap Ardhan menawarkan. 

“Kita cari makan dulu saja Bang sehabis itu kita cari masjid tuk shalat zuhur.” Jawab Fatimah sambil tersenyum. 

“Ayo kalau gitu.” Ardhan dengan senang hati menyanggupinya. 

🌹🌹🌹

Kini mereka sudah berada di sebuah restoran dan tak jauh dari restoran itu ada sebuah mushola. Meraka sengaja mencari tempat makan yang tak jauh dari masjid atau pun mushola, karna waktu dhuhur yang sudah dekat. 

“Mau pesan apa mas dan mbak?” Tanya seorang pelayan setelah mereka duduk di kursi. 

“Saya mau soto sama nasi saja mbak dan minum nya jeruk hangat.” Pinta Fatimah sambil tersenyum sopan. 

“Mas nya pesan apa?” Pelayan kembali bertanya. 

“Sama kan saja mbak makan dan minuman nya.” Jawab Ardhan. 

“Iya mohon tunggu sebentar mbak dan mas.” Ucap pelayanan tadi seusai mencatat pesanan mereka. 

Beberapa menit kemudian. 

“Silahkan mbak, mas selamat menikmati!”

“Terima kasih mbak.”  Ucap Fatimah. 

Mereka makan bersama dan tak ada yang bicara karna itu lah kebiasaan yang mereka terapkan, tidak ada yang boleh bicara saat lagi makan.

Selesai makan mereka pun langsung menuju mushola, guna untuk melaksanakan shalat zuhur. 

“Alhamdulillah, terimakasih atas makanan nya bang!” Fatimah berkata sambil terus tersenyum, yang sangat indah di mata Ardhan. 

“MasyaAllah Fatimah kalau begini terus aku takut akan menggoda iman ku, lebih baik aku mengurangi bertemu langsung dengan diri mu.” Pikir Ardhan yang tak tahan melihat senyuman manis Fatimah. 

“Yuk kalau sudah selesai, kita menuju mushola untuk shalat zuhur.” Ardhan berkata sambil menundukan pandangannya terhadap Fatimah. 

“Iya bang.” Fatimah

“Lebih baik tuk sementara aku harus menghindari bang Ardhan, takut nya kan timbul fitnah, oh ya aku kan akan pergi  dua hari lagi, kesempatan juga supaya bisa jauh dari bang Ardhan.” Pikir Fatimah yang serasa mendapat angin segar. 

“Kita udah sampai, yuk kita masuk!” Ajak Ardhan yang telah lebih dulu melangkah tuk masuk ke dalam mushola. 

“Iya bang, aku ngiring di blakang Abang.” Jawab Fatimah. 

***
“Assalamu'alaikum Ma, Pa kita udah pulang!” Ardhan. 

“Wa'alaikumussalam, kalian udah pulang, gimana nak, kamu udah ngomong sama Fahril dan Humaira?” Tanya Mama Ratih. 

“Sudah Ma, mereka setuju.” Fatimah bicara sembari tersenyum. 

“Jadi kapan kamu brangkat?” Tanya Mama Ratih lagi. 

Ardhan yang sedari tadi hanya mendengar kan sambil menonton TV jadi penasaran, apa yang di bicarakan oleh dua wanita di depan nya ini

“Memang nya kamu mau pergi ke Fatimah?” Tanya Ardhan yang tak ingin di buat penasaran akan pembicaraan yang di dengar nya. 

“Kamu belum kasih tau Abang, mu nak?” Tanya mama Ratih yang baru sadar dengan pertanyaan anak semata wayangnya itu. 

“Belum Ma, soal nya Fatimah kira Abang sudah Mama kasih tahu.” Kata Fatimah sambil tersenyum ramah. 

“Jadi gini Bang, aku itu mau berangkat hari jumat ini, mau ke pesantren tempat aku belajar sewaktu dulu.” Jelas Fatimah kepada Ardhan. 

“Oh, brapa lama ke sana?” Tanya Ardhan. 

“Ngak tau pasti Bang, tapi yang pasti setiap akhir pekan aku pulang, karna aku mau jadi tenaga pengajar di sana, khusus nya mengajarkan keterampilan menjahit dan bantu-bantu ustazah di sana.” Jawab Fatimah. 

“Memang nya pihak pesantren sudah tau dengan rencana kamu  mau ke  sana?” Ardhan bertanya dengan kepoan nya. 

*Maklum ya emang gitu, kalau ngerasa bakal di tinggal wanita secantik dan semanis Fatimah,suka sering kepo berlebihan😁*

“Iya bang, kemarin lusa aku sudah ngasih tau Kiai di sana dan beliau mengizinkan.” Fatimah menjawab sambil tersenyum, karna dia merasa aneh kepada Abang nya, biasa nya Abang nya ini terkesan pendiam,sekarang malah sebalik nya. 

“Kok Fatimah baru kasih tau aku, padahal, setiap hari ketemu?” Pikir Ardhan yang agak kesal, karna dia baru tahu. 

“Oh ya, kalau Abang tidak salah Fahril dulu juga satu pesantren dengan kamu kan?” Tanya Ardhan yang membuat Fatimah sempat terkejut mendengar pertanyaan dari Ardhan, tapi dia berhasil menutupi nya. 

“Iya bang, kami dulu satu pesantren.” Fatimah pun menjawab alakadarnya. 
(Dari mana abang tau ya) Pikir Fatimah. 

Ardhan yang mengetahui rasa penasaran Fatimah langsung memberikan penjelasan. 

“Abang tau dari Ibu, waktu itu Ibu sempat cerita tentang Fahril.” Ardhan menjawab rasa penasaran Fatimah dengan santai nya. 

“Abang kok bisa tau apa yang ingin ku ketahui apa Abang seorang dukun ya,ya kali Abang seorang dukun?” Fikir Fatimah yang merasa agak heran sekaligus lucu dengan pemikiran nya. 

“Udah jangan  heran  gitu mukanya dan juga jangan mikir yang aneh-aneh deh, Abang tau apa yang ingin kamu tanyakan dari expresi wajah kamu, walau sudah berusaha kamu tutupi.” Ucap Ardhan santai. 

Fatimah hanya bisa tersenyum menanggapi jawaban dari Ardhan
Walaupun jawaban Ardhan mengingatkan nya akan sosok Fahril yang pernah mampir di kehidupan nya dan pasti nya kalau dia kembali ke pesantren akan mengingatkan diri nya akan Fahril yang dulu, walau kelihatannya tak mampu melupakan, tapi hati nya telah ihklas dengan keadaan yang ada.

Bab Berikutnya
Bab Sebelumnya

0 komentar: